Bella terbangun dengan rambut yang basah karena keringat, nafasnya terengah. Ia lalu mengusap wajahnya, ternyata ia bermimpi. Tapi mimpi itu seperti nyata, ketika mamanya hadir di sana. Memeluknya, bicara dengannya dan memberitahunya bahwa papanya masih hidup. Bella menurunkan kakinya ke bawah ranjang, masih tidak percaya bahwa mamanya mengirimkan pesan kepadanya seolah tahu apa terjadi dengan Bella dan Adi. Dan dari awal ia terdampar di Andera, Bella memang yakin bahwa papanya masih hidup.
Ia merapikan rambutnya lalu keluar kamar untuk mandi.
Arin seperti biasa sedang menyiapkan sarapan dengan riangnya.
Bella terlambat lagi untuk membantu Arin memasak atau membereskan rumah. Bella tidak bisa tidur cepat, karena pikirannya selalu memikirkan kabar papanya. Tapi Arin tidak pernah mempermasalahkan Bella yang selalu telat bangun. Ia sangat mengerti dengan keadaan Bella. Ditambah satu orang di rumah ini tidak membuatnya kerepotan. Arin masih muda tapi sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah.
Arin masih sekolah menengah pertama ketika kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil, dan Arga waktu itu baru masuk kerja. Jadi dari kecil Arin sudah bisa mengurus rumah dan Arga. Sebagai anak perempuan ibunya selalu mendidiknya untuk bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan orang lain. Arin dan Arga bukan anak manja yang selalu bergantung kepada orangtuanya.
“Pagi kak Bella, kakak nggak lupa kan hari ini pertarungan pertama kakak?” Arin sedang membalik omeletnya di atas wajan ketika dilihatnya Bella hendak ke kamar mandi.
Bella tersenyum, mendekati Arin sebelum ia masuk ke kamar kecil. “Aku tidak lupa kok.”
“Kakak jangan gugup, kak Bella pasti menang.”
Seandainya Bella bisa memutar waktu, ia ingin memiliki adik seperti Arin. Tapi takdir lebih dulu mempertemukannya dengan Anya dan Arneta. Ia memang pernah merasakan keharmonisan sebuah keluarga bersama Martina, Anya dan Arneta tapi semuanya palsu, hanya drama.
Selama beberapa hari bersama dua kakak beradik ini dan melihat kehangatan rumah Arin dan Arga meskipun hanya diisi dua orang. Membuat Bella sedikitnya tahu, apa itu keluarga yang sebenarnya. Meskipun kepribadian mereka bertolak belakang, Arga dan Arin saling menyayangi, keduanya saling membutuhkan, saling melindungi.
Bisakan bella percaya pada keduanya, bahwa mereka adalah orang-orang baik
Sebelum ia keluar dari rumah ini nanti, ia ingin memasak untuk Arin. Ia masih ingat dengan resep masakan yang pernah diajarkan bi Marni.
Mengingat wanita baik itu, Bella jadi ingin tahu bagaimana kabar jenazahnya sekarang. Ia sangat menyesal tidak bisa melakukan pemakaman yang layak terhadap bi Marni. Bella berjanji akan membuat pemakaman untuknya meskipun jasadnya mungkin sudah tidak bisa ditemukan lagi.
Dan Arga masih berada di kamarnya, masih berbaring di ranjangnya dengan pikiran yang entah kemana. Beberapa hari ini ia membenci dirinya sendiri, begitu sadar bahwa ia mulai peduli dengan Bella. Ia tidak suka ada yang menjajah hatinya. Hampir tiga tahun ia pergi dari keramaian kota, berusaha mengubur sakit hatinya dan tidak ingin mengulanginya lagi. Ia sebenarnya pengecut karena lari dari kenyataan, bahwa ia melarikan diri ke Andera karena ditinggal oleh orang yang sangat ia cintai.
Dan Bella perlahan, membuka kembali perasaan yang pernah mati itu. Ia belum tahu perasaannya hanya kasihan atau ia memang mempunyai perasaan terhadap gadis itu. Gengsinya terlalu tinggi untuk sekedar mencari tahu tentang perasaan yang sebenarnya. Mungkin ia terlalu cepat menyimpulkan tentang perasaannya. Atau karena ia hanya kesepian karena sudah terlalu lama ia tidak berhubungan dengan seorang gadis. Ia pemuda yang normal, bertemu dengan gadis cantik seperti Bella, tentu saja ia tertarik. Dibalik penampilannya yang dingin, sebenarnya ia lemah bila bicara tentang perasaan.
Tapi selama bersama Bella, ia bisa menyimpan perasaan itu. Tidak ingin gadis itu tahu tentang perasaannya. Dan bila Arin tahu, adiknya itu pasti akan meledeknya habis-habisan.
Ah sudahlah, Arga akan bersikap masa bodoh dengan perasaannya. Ia tidak ingin menumbuhkan perasaan itu bila akhirnya ia akan merasa sakit lagi. Karena ia tahu, Bella akan pergi dan mungkin mereka tidak akan pernah bertemu lagi.