Besok adalah kesempatan kedua untuk Bella memenangkan pertarungan di Arena. Ia merasa sudah siap, tubuh dan pikirannya telah cukup mendapat pelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.
Ketika ia kembali bersama Arin dari bukit Tandala, ia menemukan Arga sedang mengobrol bersama Widi di dalam rumah. Keduanya tampak akrab, sesekali Widi tersenyum menanggapi obrolan Arga.
"Hai kak Widi..." Sapa Arin, sambil terus melangkah menuju dapur untuk mengambil air minum. Bella duduk di meja makan, menerima satu gelas air putih dari Arin.
"Eh kalian dari mana? untung Arga ada dirumah kalau tidak aku pasti bingung. Aku mau mengundang kalian untuk datang di rumahku, ada pesta kecil-kecilan."
"Wah aku sudah lama tidak pergi ke pesta." Sahut Arin senang.
Widi lalu melirik Bella."Kamu juga datang ya cantik, disana akan ada banyak makanan dan pria-pria tampan."
Bella sempat tertegun, mendengar tertawa renyah dari Widi dan Arin membuatnya tersenyum canggung. Sementara Arga hanya diam, seperti ada rasa kesal mendadak. Ia pun masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan kata-kata lagi.
"Oh ya besok kamu mau bertarung lagi ya, ah aku harap kamu bisa jadi lawanku."
Eh, bertarung dengan perempuan tangguh ini maksudnya. Bella jadi gugup, bagaimana mungkin ia bisa menang darinya yang mendapat julukan Srikandinya Arena.
"Aku tidak mungkin bisa menang." ucap Bella merendah.
"Lho siapa tahu, kalau ternyata kamu lebih hebat dariku. Di Arena segalanya bisa mungkin, jika kamu mau berusaha lebih keras lagi."
Ah Widi ini, ternyata orang sangat ramah. Bella hanya mengangguk ragu.
Widi terkekeh lalu menepuk bahunya. "Baiklah aku pergi dulu, jangan lupa nanti malam ya. Dah Arin..."
Arin melambaikan tangannya, masih memperhatikan Widi yang keluar dari pintu depan.
Bella masih memegang gelasnya, mendengar ucapan Widi tadi, membuatnya sedikit takut. Bagaimana jika ternyata lawannya besok adalah Widi. Ia pasti akan kalah, dan kesempatan untuk bisa menghubungi Christian akan gagal lagi.
Rumah Widi hanya sepuluh menit dari rumah Arga, melewati beberapa jalan setapak yang tidak diketahui Bella. Rumahnya sama seperti rumah Arga yang terbuat dari kayu. Sepertinya pestanya sendiri berada di halaman rumah. Sudah ada beberapa orang yang datang sedang mengelilingi sebuah api unggun. Ada meja panjang untuk makanan yang disajikan banyak untuk para tamu.
Arin menarik Bella menuju meja makan, mengambil kue-kue yang jarang ia lihat di Andera. Bella memperhatikan sekitarnya, sepertinya pesta-pesta kecil seperti ini sudah biasa diadakan di Andera. Malam ini, langit cerah dengan bulan yang menerangi tempat itu, sehingga tuan rumah tidak perlu lagi menambah penerangan untuk pestanya.
Bella menemukan Arga sedang mengobrol dengan Widi dengan diiringi senyuman dari keduanya. Bella mengalihkan pandangannya, tidak tahu kenapa perasaannya jadi tidak nyaman. Ia ikut mengambil air minum untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
Tuan rumah kemudian meminta perhatian tamu untuk berbicara.
"Terimakasih atas kedatangannya, aku ingin mengumumkan sesuatu karena selama ini kita telah berhubungan baik di Andera. Menjadikan kalian adalah keluarga kedua bagiku. Selama tinggal di tempat ini, aku merasa nyaman dan tenang. Dan terimakasih atas waktu yang telah kita lewati selama beberapa tahun ini."
Seorang pria muncul dari belakang Widi, tersenyum lalu memeluk pinggang Widi dengan lembut.
"Aku akan segera menikah dengan pria ini, jadi hari ini adalah pertunangan kami."
Semua yang hadir bertepuk tangan dan ikut gembira dengan berita bahagia malam ini.
Termasuk Arga, yang mendekati Bella yang dilihatnya sedang cemberut, masih berdiri di dekat meja makan bersama Arin. "Jangan terlalu banyak minum, perutmu akan kembung nanti." Bisiknya kepada Bella.
Bella meletakkan gelasnya dengan kikuk, ia hanya memperbaiki raut muka dengan menikmati pesta.
"Nggak nyangka ternyata kak Widi dan kak Dimas udah mau nikah saja. Padahal, masih belum lupa bahwa mereka pernah jadi lawan di Arena."
"Mereka pernah bertarung bersama di arena?" Bella sedikit kaget.
"Iya, waktu itu kak Dimas kalah, atau pura-pura mengalah." Arin senyum-senyum sendiri mengingatnya.
Dalam perjalanan pulang, Arga dan Bella saling diam. Sementara Arin mengoceh terus untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia tidak mengerti ada apa dengan dua orang yang bersamanya ini, biasanya ribut sepanjang perjalanan.
Seperti biasa, pagi-pagi Arin yang sekarang dibantu Bella sudah sibuk berada di dapur. Mereka akan memasak sesuatu yang spesial hari ini. Nanti sore adalah pertarungan Bella yang pastinya akan lebih menguras tenaganya, setidaknya Arin ingin menyiapkan makanan untuk menunjang stamina Bella nanti.