Arga dan Bella berhenti di depan sebuah rumah klasik bercat putih.
Ketika Arga menyuruh Bella masuk, gadis itu masih ragu. Tapi ia melihat Arin datang dari dalam rumah, tersenyum lalu memeluknya.
"Selamat datang di rumah kami kak Bella."
Bella menaikkan alisnya, tentu saja ia kaget. Arga dan Arin tidak pernah membicarakan rumah yang mereka punya selain rumah di Andera.
"Aku harus menemui seseorang, kalian di rumah saja jangan keluar sebelum aku pulang." Arga kembali menaiki motornya, setelah mengikat rambut gondrongnya terlebih dulu.
Arin mengangguk lalu menarik Bella untuk masuk.
Rumah bergaya jaman dulu ini sangat asri dan sejuk, masih berdiri diantara rumah-rumah mewah yang mengelilinginya. Warna putih membawa Bella mengingat rumah nenek dan kakeknya di Surabaya.
Arin membawa Bella ke ruang makan yang langsung berhadapan dengan halaman belakang yang rindang. Persis seperti rumah Arga dan Arin di Andera.
"Kak Bella baik-baik saja?" Arin membuatkan coklat dingin untuk Bella.
"Aku memang masih tidak percaya dengan Christian. Tapi bagaimana kalian tahu posisiku saat ini?"
"Kak Arga memasang pelacak di jaket yang dipakai kak Bella." Jawab Arin.
Bella membuka jaket yang masih melekat di badannya, memeriksanya dan menemukan alat kecil di kerahnya. Ia senang dengan apa yang dilakukan Arga, sepertinya ia harus berterimakasih pada laki-laki itu.
"Begitu kakak pergi, kak Arga mengajak aku untuk ikut menyusul ke Jakarta. Padahal kita baru sampai tadi pagi, tapi kak Arga langsung cabut mencari kak Bella."
Bella menghela nafas, ia sudah mulai tenang.
"Aku tidak tahu bagaimana jadinya, seandainya Arga tidak datang..."
"Kak Arga sudah mempunyai rencana untuk membantu kak Bella." Arin tersenyum simpul.
"Rencana?"
Arin hanya mengangguk singkat, ia berjalan ke arah dapur untuk membawa beberapa makanan.
Bella meneguk minumannya dengan kepalanya yang masih memikirkan Christian. Perasaannya langsung memudar setelah terbukanya kedok pemuda itu. Hati Bella sakit, ia lagi-lagi merasa terkhianati. Seseorang yang ia bayangkan akan berada disisinya untuk menghadapi masalahnya dengan Martina, sekarang tidak ada lagi.
Bella mengusap wajahnya, tapi ia harus mensyukuri beberapa hal. Dengan Christian membuka sendiri rahasianya, Bella bisa berhenti untuk menyukai laki-laki itu. Dan memberi kesempatan kepada Arga dan Arin untuk menjadi bagian dari masalahnya. Ia sekarang percaya dengan mereka.
*
Arga mengetuk sebuah pintu apartemen berwarna coklat, ketika pintu itu terbuka, pemiliknya melihatnya dengan mulut terbuka.
"Arga."
"Apa kabar Jeff?"
Jeff masih terkesima kaget, ia membiarkan Arga yang duluan masuk ke ruangannya.