BUKAN CERITA CINDERELLA

memia
Chapter #29

RENCANA

Arga membawa Jeff menemui Bella ke rumahnya. Mereka sudah duduk bertiga di halaman belakang. Tempat favorit semua orang karena suasananya yang sejuk membuat perasaan menjadi lebih baik.

Jeff menemukan sesuatu yang ganjil ketika ia melihat-lihat file yang diretas dari berbagai situs. Dan sepertinya semuanya berhubungan dengan kasus yang sedang Bella alami.

"Ada satu hal yang menarik, wanita yang selama ini selalu terlihat bersama Anwar ternyata memang Martina. Aku juga pernah tidak sengaja melihatnya di suatu tempat, ketika aku dan istriku sedang berlibur."

Bella dan Arga masih menyimak dalam diam.

Jeff menyalakan laptopnya, menunjukkan sesuatu kepada Bella, foto, video dan beberapa file yang Jeff dapat.

Bella memperhatikan, ternyata sepak terjang Martina dan dua putrinya sudah sejauh ini. Sudah banyak korban yang berjatuhan, tapi wanita itu selalu lolos dari jeratan hukum karena kedekatannya dengan mantan atasan Jeff dan Arga. Mungkin saat ini akan lebih sulit menembusnya karena jabatannya lebih tinggi dari sebelumnya.

"Sudah berapa lama Arman mengenal wanita itu?" Arga ikut melihat layar monitor Jeff.

"Yang aku tahu, sebelum dia berada di tim kita, mereka sudah saling mengenal." Jawab Jeff. “Setelah melihat kasusnya mendengar langsung tentang Martina dari Bella. Aku rasa kita bisa menuntut dan melakukan penangkapan terhadap wanita itu.”

“Apa dia masih dalam perlindungan Arman?” Tanya Bella.

“Aku tidak tahu, yang penting sekarang adalah kita harus mencari saksi dan bukti tentang kejahatan Martina. Aku bisa membuka kembali kasus pembunuhan yang dilakukannya. Aku rasa kasusnya disembunyikan oleh Arman dengan baik. Tapi aku akan mencarinya."

Jeff beralih pada Bella yang masih terdiam. Entah apa yang ada dipikirannya.

"Belum ada laporan mengenai menghilangnya Adi Pamungkas. Aku pikir papa kamu mungkin masih berada bersama Martina."

Bella menarik nafas. "Aku yakin papaku masih hidup, tapi aku tidak tahu dimana keberadaannya dan keadaannya."

Arin datang membawa teh hangat dan makanan ringan.

"Eh Arin, ada salam dari istriku" Ujar Jeff, tangannya meraih kue coklat yang dibawa Arin.

"Wah, aku sudah lama tidak bertemu dengan Kak Sisy. Bagaimana apa sudah ada tanda-tanda aku bakal punya keponakan?" Sahut Arin dengan senyuman senang.

"Belum, sepertinya aku harus berusaha lagi." Jawab Jeff santai.

"Kak Jeff jangan terlalu capek, mungkin itu yang menghambat terbentuknya...?"

Arga buru-buru menutup mulut Arin dan menariknya dari sana, membuat Arin kesal dan menggigit tangan kakaknya lalu masuk kembali ke ruang tengah dengan menggerutu. Arga hanya meringis memegangi tangan kanannya yang tercetak jelas bekas gigi Arin.

Jeff dan Bella terkekeh melihat Arin yang pergi dengan cemberut. Arin kesal, mentang-mentang dirinya masih belum cukup umur, memangnya tidak boleh membicarakan tentang proses terbentuknya bayi.

"Arin perlu bersosialisasi dengan teman seumurannya kayaknya. Kenapa kamu masih menahannya di rumah?" Jeff melirik Arga, yang dibalas tatapan santai dari pemuda itu.

Jeff tahu kenapa Arga belum bisa melepas Arin menjalani kehidupan normal layaknya gadis remaja seusianya. Hingga sekolah pun Arin masih online dan home schooling. Arga takut merasakan kehilangan lagi. Seperti sakitnya kehilangan kedua orangtuanya dan kehilangan gadis yang dicintainya, Sarah.

Bella sedikit kaget ketika tiba-tiba menerima sebuah panggilan, dari Christian. Seketika raut wajahnya menegang, ia tidak mau lagi mendengar apapun dari laki-laki itu. Bella membiarkan benda itu berbunyi membuat Arga dan Jeff memperhatikannya.

Arga mengambil benda itu dan melihat sebuah nama di layarnya.

"Ini Christian yang menjemputmu kan?"

Bella mengangguk.

"Angkat." Guman Arga.

Bella masih diam.

"Dia mungkin mau membicarakan sesuatu denganmu ."

"Sebaiknya kita dengarkan dulu." Jeff setuju dengan saran Arga.

Dengan malas Bella mengangkat panggilan itu.

Lihat selengkapnya