Arga hanya diam, ketika Bella turun dari motornya dengan tergesa dam masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi ke arahnya. Gadis itu terlihat sedang menahan amarahnya.
Ketika dilihatnya gadis itu berada di halaman belakang, berdiri dengan dengan wajah tegang dan gelisah. Arga yakin, Adi sepertinya tidak dalam keadaan baik, melihat Bella yang bersikap seperti ini. Ia jadi ragu untuk menanyakan tentang keadaan pria itu. Maka ia menunggu, sampai Bella sendiri yang bicara.
Sebenarnya perasaan Bella sedang campur aduk, antara sedih mengetahui keadaan papanya dan pusing dengan perlakuan manis Christian yang membuatnya bimbang.
Sungguh ia menginginkan dekapan hangat itu, ia merasakan ketenangan walau hanya satu detik. Tapi ia tidak bisa melanjutkan rasa itu. Ia takut, perasaannya akan kembali pada laki-laki itu.
Bella sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk melupakan perasaannya pada Christian. Terlalu sakit bila mengingat semua kebohongan pemuda itu. Tapi satu sisi ada sedikit rasa ketika ia bersamanya. Mungkin Bella memang membutuhkan waktu untuk benar-benar membuang semua perasaannya kepada Christian.
Bayangan Adi melintas di kepalanya, membuat Bella ingin menangis dan menjerit. Ia menyadari kehadiran Arga di tempat itu, ia berbalik dan menatap pemuda yang menyandarkan punggungnya di dinding itu, menunggunya.
Perasaan Bella seperti ingin meledak. “Aku melihatnya Ga, aku melihat papaku, melihatnya terbaring tidak sadarkan diri...” Bella mengatur nafasnya sebelum melanjutkan.
Arga belum bereaksi, hanya memperhatikan gadis yang mulai kehilangan kendali atas dirinya karena kehilangan.
“Tapi aku tidak bisa melakukan apapun, aku ingin membawanya tapi tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu, kalau papa terus-terusan diberi obat itu selamanya dia tidak akan sadarkan diri.”
Arga masih diam, ketika Bella mulai emosional.
“Aku harus membunuh Martina, aku harus melenyapkan Anya dan Arneta!”
“Kamu harus bisa mengendalikan dirimu.” Arga akhirnya bersuara, dengan tetap berdiri ditempatnya.
“Kamu tidak melihatnya Ga, kamu tidak merasakan saat orangtua satu-satunya berada dalam ambang kematian dan semua gara-gara tiga perempuan iblis itu!”
Mata Bella memerah, rahangnya menegang.
“Kalau aku diam saja, sama saja aku membiarkan Martina membunuh papaku! Aku harus kembali ke rumah itu!”
“Belum saatnya Bella.”
Bella mulai kehilangan kesabaran karena sekarang pikirannya dikuasai amarah dan dendam. Ia mendengus kasar.”Kamu sama saja seperti Christian, aku tidak bisa tinggal diam. Jangan mencoba menghalangiku.” Bella memutuskan untuk kembali ke rumah Martina, berharap bisa membawa Adi dengan kemampuannya. Ia yakin bisa mengalahkan semua orang yang berada di bangunan itu.
Arga membuang nafas kesal, Bella sepertinya melupakan pelajaran yang ia berikan dulu. Jika ia membiarkan Bella pergi itu sama saja mengantarkan gadis itu menuju kematiannya. Bella sepertinya harus dikembalikan ke Andera dimana suasana alam bisa mengendalikan amarahnya.
Arga menarik lengan Bella, mencoba menahannya. “Jangan gegabah, kamu tidak bisa mengikuti pikiranmu saat ini."
“Jangan menghalangiku!”
Bella menepis dengan kasar tangan Arga, tapi tangan itu kembali menahannya dengan mencengkram bahunya.
Bella mengarahkan kepalan tangannya ke wajah Arga, pemuda itu kaget spontan membungkukkan badan lalu menghindar pukulan Bella yang ditujukan untuk perutnya. Sepertinya Bella tidak bisa diajak bicara saat ini, Arga terpaksa melayani gadis itu yang menyerangnya dengan cepat.
Arga hanya menghindari, mencoba menahan tangan Bella yang terus mengarah ke wajahnya. Arga cukup kewalahan menghadapi amukan Bella. Ia harus mengakui gadis itu sangat tangkas dan kuat. Wajahnya berkali-kali hampir menjadi sasaran tangannya.
Arga meringis ketika ia lengah, mencoba melindungi wajahnya malah perutnya yang menjadi sasaran terbuka untuk Bella.
Bella menyeringai, sepertinya ia puas membuat Arga kesakitan. Ia kembali bersiap ketika akhirnya Arga mulai melawannya dengan serius.
Tangan Arga hampir mengenai pipi Bella, tiba-tiba ia menghentikan gerakannya membuat Bella yang akhirnya mendaratkan kepalan tangannya di wajah Arga.