“Kamu kenapa Chris? Mukamu murung terus dari tadi? Apa yang sedang kamu pikirkan?”
Arneta dan Christian sedang berada di sebuah cafe. Arneta yang memaksa pemuda itu untuk menemuinya.
“Tidak ada, aku hanya sedang merindukan ibu...”
“Jangan sampai pikiranmu mengacaukan pekerjaan kita Chris.”
Christian hanya menyeruput kopinya.“Aku tahu.”
“Aku sedang bosan di rumah, Anya terus mengomel dan mama menjadi aneh karena mengurusi orang yang mau mati."
Rahang Christian sedikit tegang mendengarnya.
Makanan utama mereka sudah tersaji di meja.
“Aku lapar ayo makan.”
Christian sebenarnya tidak ingin menerima ajakan Arneta, ia ingin bertemu Bella, bicara dengannya lagi tentang permintaan maaf dan penyesalan atas semua perbuatannya. Tapi ia tidak bisa menolak anak dari seseorang yang telah memberinya segalanya itu.
Ia juga tahu, Arneta gadis yang keras bila ia tidak menuruti permintaannya.
Arneta berhenti mengunyah. “Apa kamu ingin ikut pindah ke Paris?”
“Aku tidak bisa, masih banyak yang harus aku lakukan disini. Gudang tidak akan ada yang mengawasi kalau aku ikut kalian ke Paris.”
Anya menatap Christian yang tidak pernah menatapnya untuk waktu yang lama. “Padahal aku ingin pergi bersamamu, menikmati suasana malam di kota...berdua.”
Christian tidak memberikan reaksi membuat Arneta kesal. “Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan?”
“Tidak ada.” Christian menatap Arneta datar.
“Akhir-akhir kamu jarang mengunjungi rumah. Waktu itu aku melihat mobilmu di rumah kenapa tidak menemuiku?”
"Aku buru-buru, orang gudang menghubungiku jadi aku tidak sempat bertemu dengan kalian."
Arneta menghabiskan makanannya. Kali ini ia fokus dengan Christian yang malas menyentuh makanannya.
"Kamu seperti menghindar."
“Apa segala sesuatunya harus berhubungan dengan kalian?” Bantah Christian yang sudah tidak menyukai pembicaraan mereka.