Christian mencari cara agar Martina mendengar kata-katanya untuk memindahkan Adi dari rumahnya. Pasti akan sulit karena ia tahu bagaimana wanita itu akan sangat melindungi Adi.
Dengan kepercayaan yang diberikan wanita itu untuk mengurus gudang laboratorium pembuatan obat-obatannya. Christian yakin, Martina juga pasti akan mempercayainya untuk mengurus laki-laki kesayangannya ini. Ia hanya perlu mencari kata-kata yang tepat untuk menyakinkan wanita itu.
Christian menemukan alasan untuk rencananya itu. Akhir-akhir ini Martina jarang ada dirumah karena dia sibuk dengan Arman mengurus sesuatu yang berhubungan dengan bisnis obat-obatan terlarang mereka.
Ia menemui Martina di ruang kerjanya, untuk melaporkan pekerjaan di gudang.
"Bagus, aku suka dengan laporannya. Oh ya, aku dan Arman akan melakukan pertemuan dengan salah satu pejabat bea cukai agar dia bisa mempermudah kita untuk pengiriman barang lewat laut dan udara jadi untuk dua hari ini aku akan pergi bersamanya. Tolong untuk sekalian kamu mengawasi Anya dan Arneta. Aku sudah tidak tahan dengan mereka, mereka banyak sekali mengeluh."
Christian mengangguk. "Bagaimana, dengan suamimu?"
Martina terdiam."Sebenarnya aku juga bingung bagaimana agar aku bisa pergi dengan tenang meninggalkannya."
"Kita bisa memindahkannya ke rumah sakit."
Martina menatap Christian sesaat dengan ucapan pemuda ini.
"Di rumah ini tidak yang menjaganya, dan tidak mungkin Anya dan Arneta mau melakukannya. Kita bisa minta dokter Frans untuk mengawasinya." Lanjut Christian.
"Dan akan aku kirim beberapa pengawal untuk berjaga di depan kamar rawatnya." Christian berusaha menyakinkan wanita ini. Ia tahu bagaimana khawatirnya Martina dengan Adi. Hal itu bisa Christian manfaatkan untuk meloloskan rencananya.
Martina tampak berpikir, matanya mengerjap beberapa kali. Ia menatap Christian sebelum memutuskan.
"Baiklah, kamu yang atur semuanya."
Christian menyembunyikan helaan nafas leganya. Ia mengangguk masih dengan wajah datar dan dinginnya.
Setelah melihat sebentar keadaan Adi, Christian menemukan Arneta di ruang keluarga, menunggunya dengan wajah kesal penuh selidik. Tangannya menyilang di depan dada, matanya menusuk Christian dengan tatapannya.