Bella mengikat rambutnya, agar wajahnya terekspos dengan sempurna. Saat ini ia masih berada di mobil Jeff di parkiran mall, tempat Christian membawa Arneta untuk melihat keberadaannya. Arga memeriksa earpiece yang dipasang di telinga Bella.
Bella sudah gelagapan sendiri ketika jari-jari Arga sedikit menyentuh lehernya. Sekarang ia tahu bagaimana rasanya disentuh lawan jenisnya diatas permukaan kulit lembutnya. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang naik dari perut menuju hatinya. Bella jadi malu sendiri, di umurnya yang sekarang ia baru merasakan bagaimana sentuhan itu sebenarnya.
Bella ingin segera keluar dari mobil yang tiba-tiba terasa panas ini. Kenapa Arga juga seperti sengaja berlama-lama mengecek benda kecil di telinganya itu. Bella kan jadi risih, ia tidak mau Arga dan Jeff melihat wajahnya yang memerah. Ia terpaksa menahan nafasnya sebisa mungkin.
Arga sebenarnya sengaja membuat dirinya berlama-lama dengan telinga Bella, ia tahu Bella adalah gadis yang termasuk terlambat dalam hal pendekatan dengan pria. Arga yakin, Bella belum pernah merasakan sensasi seperti ini, apalagi leher adalah tempat yang sedikit sensitif di bagian tubuh manusia. Terbukanya leher jenjang mulus itu sedikit membuat Arga juga terbawa suasana. Ia menelan ludahnya ketika dirasa suasana semakin tidak baik.
Arga buru-buru melepas tangannya. “Sudah selesai, kamu bisa turun sekarang.”
Bella mengangguk.
Ketika Arga mendapat tatapan jahil dari Jeff yang duduk di kursi pengemudi, ia tahu sahabatnya itu pasti melihat ketika ia sedang salah tingkah sendiri barusan. “Kenapa?”
Jeff hanya memutar kepalanya ke depan sambil terkekeh.
Bella memasuki sebuah cafe, ia melihat-melihat kursi yang kosong. Ia berjalan ke arah meja yang berada di tengah-tengah, sengaja agar dirinya terlihat jelas oleh Arneta nanti.
Terdengar suara Jeff di telinganya. “Arneta sudah di depan Mall, bersiaplah.”
Menunggu beberapa menit, akhirnya ia bisa melihat Arneta yang berjalan melewatinya. Bella seperti melihat penyihir buruk rupa dari buku dongeng yang dibacanya. Perempuan ini yang menancapkan pisau di dada bi Marni. Bella bersumpah akan membuat gadis titisan iblis itu merasakan kesakitan seperti yang dirasakan bi Marni.
Arneta sudah duduk, dua meja di depan Bella. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan sepertinya menghubungi Christian untuk memberitahunya bahwa ia sudah sampai di tempat janjian mereka.
Amarah Bella mulai meledak-ledak di dadanya, bagaimana ia sangat dekat dengan pembunuh bi Marni. Melihat wajah palsunya dengan jelas membuat seluruh amarah yang dipendamnya hampir tersulut, tapi ia hanya bisa menunggu.
Arneta mulai mengedarkan pandangannya untuk melihat-lihat orang-orang di sekitarnya. Dan ketika penglihatannya bertabrakan dengan seorang gadis yang duduk di depannya. Ia terkesima dengan seluruh gemuruh di dadanya. Ia mengenali gadis itu, sosok yang ia kira sudah mati itu berada di depannya, dan memandangnya dengan kebencian.
“Bella.” Lirihnya geram.