Satu tahun kemudian.
Bukit Tandala, dengan segala keindahan yang ditawarkannya memang selalu membuat siapapun merasa betah untuk berlama-lama berada di tempat ini. Seperti sepasang yang sedang menikmati langit di sore yang cerah saat ini.
Tangan sang pria melingkar di perut sang gadis dengan erat, menghangati tubuh kecil di depannya.
“Seminggu lagi, kamu sudah mulai bekerja di kesatuan. Bagaimana perasaanmu?” Arga mengecup rambut hitam Bella yang sudah mulai memanjang.
“Tentu saja aku senang. Akhirnya aku punya pekerjaan yang sesuai dengan keinginanku.”
“Aku pikir, kamu akan menjadi seorang perngkhayal dengan menjadi seorang putri yang mencari pangeran tampan."
Bella mencubit lengan Arga dan memutar tubuhnya.”Aku sudah menemukan pangeranku, jadi aku tidak perlu menjadi Cinderella untuk menemukan sosok pangeran Henry.”
“Tapi aku bukan seorang pangeran seperti pengeran Henry.”
Bella mengusap rambut Arga yang sudah pendek, membuat wajah Arga terlihat lebih segar. “Memang bukan, kamu adalah Arga Batara, pangeranku di dunia nyata.”
Meskipun terdengar aneh, tapi Arga menyukainya. Ia mengecup bibir Bella lembut, kembali memeluknya seakan tidak ingin melepasnya.
“Apa kamu sudah mengambil izin cuti untuk pernikahan kita nanti?” Bella menjauhkan wajahnya, menatap wajah menawan yang selalu membuatnya merasa menjadi gadis paling berharga di dunia.
“Kalau Jeff tidak memberiku izin, akan aku obrak-abrik kantornya.”
“Tim kalian kan sedang sibuk akhir-akhir ini."
“Tanpa aku, timku bisa bekerja dengan baik.”