Benar saja, kepala OB langsung menerimaku bekerja dan sepertinya dia tak mengenaliku ataupun merasa curiga kalo sebenarnya aku adalah seorang wanita.
"Benar kan kataku, kau langsung di terima bekerja!" Ujar Iwal saat kami berdua sedang mencuci gelas di pentry. Dia menyenggol lenganku pelan seraya tersenyum, "Sepertinya tidak ada yang curiga kalo kau sebenarnya adalah seorang wanita," lanjutnya masih dengan terkekeh kecil.
"Sttt..., pelankan suaramu, nanti ada yang dengar," Sahutku dengan suara lirih nyaris berbisik, kemudian ku edarkan pandanganku ke sekeliling, hening, tak ada siapa-siapa di pentry selain kami berdua. Aku pun bernafas lega setelahnya.
"Baiklah, maaf, lain kali aku akan hati-hati," Ucap Iwal dengan suara lirih mengikutiku kemudian tersenyum geli.
"Hei..., anak baru, eh..., aku bahkan tadi lupa untuk menanyakan siapa namamu, siapa namamu tadi...?" Kepala OB tiba-tiba masuk ke pentri dan wajahnya tampak berpikir sekarang.
"Em...," Aku melirik ke arah Iwal sebentar, aku memberinya isyarat dengan sorot mataku untuk memberikan ide, nama pria apa yang tepat untukku.
"Namanya Marsel Pak!" Sahut Iwal mencoba menjawab pertanyaan kepala OB. Setelahnya dia melirik ke arahku dan mengedipkan sebelah matanya. Dan kami tampak sama-sama tersenyum menahan tawa.
"Oh... iya, Marsel, kenapa aku mendadak jadi pelupa begini, ah..., mungkin ini karena faktor usia," keluhnya pada diri sendiri.
"Ada apa pak, apa ada yang bisa saya bantu, dan harus saya kerjakan?" Kataku berbasa-basi dengan sedikit mengubah suaraku agar mirip dengan seorang pria sungguhan.
"Ah..., iya bahkan aku hampir lupa untuk apa aku mencarimu, untung kau mengingatkan, sebagai tugas utamamu, aku akan menugaskanmu mengantar minuman ke ruangan presedir utama!" Mendengar perintahnya sontak mataku melotot, kenapa tiba-tiba memberiku tugas seperti itu di hari pertama? Apa ini tidak berlebihan?
"Kenapa harus aku?" Kataku ragu-ragu dan merasa sedikit gugup.
"Ya karena yang lainnya masih sibuk mengerjakan tugas yang lainnya, sekalian hitung-hitung mengetes mentalmu, hehe!" Sungguh alasan yang tak masuk akal, bahkan tertawanya terlihat mencurigakan.
"Tidak apa-apa, aku akan mengajarimu membuat minuman kesukaannya, presedir kami tidak suka kopi yang terlalu manis, kau harus memberikan takaran gulanya sedikit," Jelas Iwal yang akhirnya bisa membuatku sedikit tenang.
"Ingat, jangan sampai terlambat ke ruangannya, presedir tidak suka dengan orang yang tidak di siplin!" Kepala OB berusaha memperingatkan dengan matanya yang seolah menakut-nakuti. Sebenarnya apa sih maunya orang ini.
"Ayo segera kita buatkan minuman untuknya!" Ajak Iwal kemudian, aku bersyukur bertemu dengan orang sepertinya, dia selalu bisa di andalkan.
"Nah jadi, sekarang kau bisa membawanya langsung ke ruangan presedir." Ujar Iwal sambil menyerahkan nampan berisi secangkir kopi padaku.
Jujur saja aku merasa sangat gugup, tapi aku harus melakukan pekerjaan ini. Aku jadi merasa sedang mengikuti masa orientasi di sekolah, tapi bedanya ini di kantor.
Aku pun segera menuju ke ruangan presedir dengan menaiki lift, setelah sebelumnya tadi Iwal juga sudah memberitahuku dimana letak ruangan presedir. Astaga... ternyata ruangannya terletak di lantai 30 gedung ini. Aku baru sadar dan faham sekarang, mungkin saja aku baru saja di kerjai. Sialan.
Tok... Tok... Tok...