Bukan Gagal Nikah

Diena Mzr
Chapter #16

15

PERTEMUAN keluarga selalu berhasil menguras tenaga dan senyumku. Belum lagi percakapan terakhir keluarga Zodi membuat aku jadi ingin terjaga semalaman dengan pandangan kosong menatap langit-langit kamarku. Ingin tidur lebih cepat juga nggak membuat aku terbangun dengan pikiran yang segar untuk masuk ke kantor.

Beberapa kali terjemahan Hangeul-ku sampai salah tulis saat mengirim pesan dari atasanku ke rekannya yang berasal dari Korea tapi tinggal dan bekerja juga di Jakarta.

Ponselku tiba-tiba berbunyi dan membuyarkan lamunanku. Ada notifikasi dari WhatsApp. Ternyata dari Jedy.

“Nel, nanti siang mau makan bareng?” tanya Jedy saat aku menjawab teleponnya.

Aku lihat tanggal di laptopku. Tak terasa waktu berjalan cepat sekali semenjak aku putus dari Zodi. Setiap hari Sabtu, Jedy memang selalu meneleponku untuk mengajak makan bareng. “Iya, boleh.”

“Kamu mau makan di mana?”

“Jangan di restoran ya.” Mendadak aku teringat Zodi lagi, khawatir dia akan mengikuti langkahku lagi seperti waktu itu.

“Ok, Nel, nanti kasih tahu aja kalo aku udah jemput kamu ya?”

“Iya.”

“Sampai ketemu.”

Setelah Jedy menutup teleponnya, entah kenapa aku malah jadi ingin tersenyum lagi. suaranya sungguh mengembalikan semangatku. Entah ini pelarian atau bukan. Aku bersyukur dia masih mengingatku dan menyelamatkan hatiku yang patah dari sikap Zodi.

“Cieee … udah ada yang baru ya, Nel? Senyam-senyum mulu dari tadi.”

“Eh, Sil.”

“Tahu nggak, Nel. Waktu itu, anak-anak bilang ada klien bos kita guanteng banget! Ketemu nggak sama lo?”

“Nggak.”

“Trus, lo beneran nggak jadi nikah sama Zodi, Nel?”

Aku mengangguk.

“Yah! Batal dong, gue jadi bridesgroom lo. Padahal gue udah naksir sama gaun ijonya. Kek telur asin warnanya. Cakep bener dah. Kenapa lo nggak balikan aja sih, Nel?”

“Lo mau nikah sama cowok terus dikejar-kejar rentenir sampai ke kantor gara-gara nunda-nunda bayar utang?”

“Ya, nggak, sih. Keputusan lo ada benernya juga, tapi ada salahnya juga. Soalnya udah tinggal kurang dari sebulan lagi, Nel. Kalo jadi nikah, tahun ini lo bisa punya anak. Emang nggak sayang sama umur lo? Gue aja nikah pas umur gue masih dua lima.”

Aku cuma mendengus masam. “Jadi, lo ke sini cuma mau berharap gue bisa cepet-cepet nikah terus punya anak dengan tanggungan hutang yang bikin gue sama Zodi harus bergantung sama orangtua kami lagi hanya karena gaji kami yang pas-pasan nggak cukup lagi buat biaya hidup sehari-hari?” cerocosku membentang kenyataan hidup yang harus kuhadapi bersama Zodi kalau kami tetap menikah di Marrions Island. “Keren sih, keren bisa nikah di Marrions Island, tapi buntutnya nggak enak, Sil. Cobain aja. Mau?” tambahku lagi dengan senyum yang biasa kupakai untuk meyakinkan atasanku.

“Yaa … masa gue yang harus cobain. Yang lagi dikejar nikah orangtua ‘kan, kalian berdua, Nel.”

“Nggak, Sil. Nggak ada yang bisa ngejar-ngejar kami lagi. Sekarang ada perlu apa lagi?”

Sisil menggeleng. “Cuma mau ngajak lo makan siang bareng. Yuk? Anak-anak ngajakin juga. Udah lama lo makan di luar mulu. Mereka ngerti lo stres. Tapi jangan sendirian terus. Nanti tambah stres lho!”

Seruan Sisil yang agak medok jadi mengingatkanku dengan Lintang. Karena mereka memang ada darah Jawanya. “Nggak, Sil. Nanti gue mau pergi.” Seandainya saja Sisil tahu kalau jam makan siang aku memilih makan di luar kantor karena ingin menghindari Zodi. Bukan karena stres yang berkepanjangan meskipun aku mengakui kepalaku pusing juga memikirkan masalah ini. Apa lagi aku belum berani mengirim pesan ke kolega keluargaku gara-gara orangtuaku nggak mau melakukannya. Semua jadi dibebankan padaku.

“Yaah … emang lo mau makan di mana?” tanya Sisil membuyarkan lamunanku. “Sama siapa?”

Sisil memang sepenasaran ini. Sorot matanya yang ekspresif sepertiku menatapku lekat. Aku meringis menatapnya dan mau nggak mau aku menjelaskan ke mana aku akan pergi. Tentu saja aku menjawab makan siang dengan teman supaya dia nggak lebih penasaran lagi kenapa aku bisa jalan dengan laki-laki lain padahal hubungan aku dengan Zodi masih sedang hangat-hangatnya jadi pembicaraan mereka.

Lihat selengkapnya