SEBELUM aku dan Zodi mengumumkan apa yang sudah menjadi kesepakatan kami berdua, aku menatap keluarga kami satu per satu.
“Kamu mau bilang apa, sayang?” tanya Bu Velona nggak sabar seraya menatapku. “Jangan-jangan kamu undang Bunda sama Ayah ke sini cuma untuk bilang kalo pernikahan kalian benar-benar batal. Bunda nggak sanggup dengarnya, Nel. Jangan sekarang ya. Kalian udah mau nikah lima hari lagi. Jangan ngomong apa-apa dulu,” lanjutnya seakan masih trauma dengan sikapku.
“Bun, sabar, Bun,” ucap Pak Rahmady sambil mengusap lengan Bu Velona.
“Ini ujian, Yah. Tapi Bunda nggak bisa lulus kalo begini caranya. Apa kata teman-teman Bunda, saudara-saudara Bunda juga udah kasih selamat dari kemarin-kemarin. Mau sabar gimana lagi, Yah? Sampai hari Minggu ini lagi aja sabarnya. Ya, Nel? Kamu nggak perlu khawatir soal hutang Zodi lagi ya! Biar Bunda yang bantuin nanti. Kamu jangan ketemu Zodi lagi sampai kalian Akad.”
Aku bingung mau memulai pembicaraan dari mana kalau Bu Velona terus meracau begini.
“Nggak, Bun. Aku sama Nelly udah nggak berantem lagi.”
Bu Velona langsung menatapku heran dan penasaran. Begitu juga Pak Rahmady dan kedua orangtuaku. Tanpa pikir yang macam-macam lagi, aku cepat mengangguk mengiyakan ucapan Zodi. “Iya. Aku dan Zodi nggak jadi batal nikah, Bun.”
Mama langsung mencolek lenganku dan berbisik. “Nel, kamu nggak lagi bohongin Bunda?
Aku menggeleng.
“Jadi, bener kamu mau nikah sama Zodi?” tanya Pak Rahmady.
Aku mengangguk dengan senyumku yang paling manis. Selasa siang ini aku sudah mengumpulkan keluargaku dengan keluarga Zodi, dan mereka nampak lega mendengar jawabanku. Zodi juga ikut tersenyum melihatku. Kalau orang bilang hari Selasa bukan hari yang baik, aku rasa itu hanya ada dalam pikiran mereka saja. Karena semua hari nampak baik di mataku. Aku nggak khawatir mengumumkan rencana pernikahan aku dengan Zodi kepada mereka semua hari ini juga.
“Alhamdulillah!”
“Aku minta maaf kalo selama ini nggak bisa pengertian sama masalah Zodi. Tapi aku juga sayang sama kalian dan nggak mau menyusahkan siapa-siapa setelah aku nikah sama Zodi nanti.”
Semua mengangguk setuju dan aku bisa tersenyum menatap mereka. Kedua orangtua kami juga langsung bersorak kegirangan. Aku lihat Bu Velona mengajak Mamaku untuk menari di hadapan kami seperti baru saja memenangkan hadiah jalan-jalan naik kapal pesiar keliling dunia. Aku dan Zodi saling bertatapan dan tertawa geli melihat tingkah mereka. Papa juga ikut senang mendengar kabar baik ini.
ӂӂӂ