Atika kembali meneruskan jalannya. Sambil sesekali menawarkan jualannya ke orang-orang. Meskipun panas, lelah, dia masih semangat berjualan. Ada yang beli ada juga yang cuma acuh tak acuh. Tapi setidaknya berat yang dia bawa sudah mulai berkurang. Karena gorengan yang dia bawa sudah banyak yang laku terjual.
Atika sudah sampai di tempat pak Saihu. Dia langsung meletakkan dan menata gorengan di nampan yang sudah disediakan di meja. Pak Saihu adalah penjual bakso yang mangkal di depan toko fotocopy. Dia biasa memesan gorengan di Atika untuk dijual kembali Sebagai pelengkap hidangan bakso.
"Ini pak pesanannya. Kata ibu jumlahnya 30. Nggak usah di itung lagi ya pak, cape."
"Eh Atika, kamu kalau kesini jalannya yang cepat! Biar gorengannya sampai sini masih panas. Itu kan sudah adem semua, kurang nikmat."
"Pak saihu mau yang masih panas? Diganti ini ya yang di nampan saya. Ini masih panas pak kena sinar matahari."
"Eleh kamu ini bisa aja."
Atika tertawa bergurau dengan pak Saihu.
"Pak nanti uangnya kasih ibu aja yah?" Kata Atika yang bergegas akan pergi.
"Jangan pergi dulu. Ini tak bikinin bakso buat kamu. Makan disini."
"Nggak usah pak!"
"Nggak apa-apa ini udah jadi."
"Yah... pak Saihu. Dibilangin nggak usah."
"Nggak apa-apa sekalian istirahat sebentar kamu."
Akhirnya Atika tidak bisa menolak dan mau memakan bakso pemberian pak Saihu. Ketika dia sedang makan bakso, datang dua orang laki-laki, umurnya sekitar 30-an ke atas. sepertinya mereka kuli bangunan yang mau makan bakso disana.
"Bakso pak, Dua. Sama teh manis dua."