Hari ini adalah yang menegangkan bagi Laura. Ia akan bersaing dengan anak-anak berprestasi untuk bisa menjadi mahasiswi kedokteran di Universitas Mackenzie, universitas terbaik nomor satu. Namun, bukan hanya Laura yang mendaftar di universitas itu, tetapi Julian juga. Hanya saja, Julian mengambil jurusan yang berbeda dengan Laura. Jika Laura memilih jurusan kedokteran, berbeda dengan Julian yang memilih jurusan hukum. Meskipun mereka tidak mengambil jurusan yang sama, setidaknya mereka masih bisa bertemu setiap hari, itu pun jika mereka berdua diterima.
Saat ini Laura sedang mengikuti tes yang diikuti oleh 4.444 peserta, padahal daya tampungnya hanya 79. Untung saja, Laura sudah menyiapkan diri beberapa minggu yang lalu, sehingga ia tidak merasa kesulitan. Begitu juga dengan Julian yang saat ini sedang mengikuti tes di fakultas hukum. Sebenarnya, ia mulai tertarik dengan hukum sejak kelas 2 SMP. Kebetulan, ayahnya adalah seorang jaksa yang dikenal sangat kompeten. Maka dari itu, Julian berpikir jika ia bisa menjadi seperti ayahnya pasti keren.
Setelah melewati tes, mereka masih harus menunggu sampai besok untuk mendapat pemberitahuan dari kampus. Setelah Laura keluar dari ruang tes, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang memanggilnya.
“Hei, tunggu!” panggil laki-laki itu sembari berlari kecil.
“Iya, kenapa?” tanya Laura setelah ia berbalik badan, dan melihat seorang laki-laki yang sedang berlari ke arahnya.
“Ini, punya kamu jatuh,” jawabnya sembari menyodorkan ikat rambut yang ternyata adalah milik Laura.
“Oh! Makasih, pantes tadi aku cari nggak ada,” jawab Laura senang.
“Iya sama-sama.”
“Eh aku duluan ya,” kata Laura setelah melihat Julian yang sedang menunggunya di luar, lalu ia segera berlari ke arahnya.
Kemudian, Julian segera mengantar Laura pulang karena ia harus segera pergi untuk mengurus sesuatu. Setelah Julian pergi, seseorang mendatangi rumah Laura.
“Hai!” sapa orang itu.
Ternyata, orang itu adalah laki-laki yang menemukan ikat rambut Laura tadi.
“Loh, kamu ngapain disini? Ngikutin aku ya?!” tanya Laura sambil menunjuk laki-laki itu.
“Eh? Enggak. Aku tinggal di perumahan ini juga, baru pindah kemarin tapi," jelasnya.
“Ohh, jadi kamu tetangga baru itu?”
“Iya, namaku Steve, " katanya sembari mengulurkan tangannya.
“Ah iya, aku Laura,” jawab Laura sembari membalas uluran tangan Steve.
"Bakal sering ketemu di kampus nih kita," kata Julian.
"Itu kan kalo diterima, kalo enggak?"
"Pasti diterima dong! Eh, kalo gitu aku duluan deh, masih harus beres-beres soalnya.”
“Oke,” jawab Laura.
Rumah Steve hanya berjarak 3 rumah dari rumah Laura. Sehingga, tidak terlalu jauh jika mereka ingin mengunjungi rumah satu sama lain. Steve memiliki darah campuran Indonesia dan Korea. Ayahnya asli Korea, sedangkan ibunya asli Indonesia. Namun meskipun begitu, Steve dan ayahnya sudah fasih berbahasa Indonesia karena mereka juga sudah cukup lama tinggal di Indonesia.
Setelah berada di kamar, Laura baru menyadari sesuatu. Ponsel miliknya tidak ada di tasnya. Ia sedang panik saat ini, entah dimana ia meninggalkannya. Antara di ruang tes tadi, atau di mobil Julian. Ia lalu turun ke bawah dan menelpon ke nomor ponselnya menggunakan telepon rumah.
“Halo?”
“Halo Ra, hp kamu ketinggalan di mobil aku nih,” jawab Julian setelah mengetahui jika itu adalah suara Laura.
“Bisa minta tolong anterin nggak?”
“Bisa sih, tapi agak nanti ya? Aku masih ada urusan soalnya.”
“Iya deh, makasih ya ...”
“Yoi." Kemudian, Julian segera mengakhiri panggilan.
Laura mulai merasa bosan saat ini. Bagaimana bisa ia tidak bermain ponsel? Sedangkan ponsel adalah segalanya bagi Laura. Ditambah lagi, orang tua dan juga kakaknya belum pulang. Padahal, seharusnya saat ini kakaknya sudah pulang, namun entah dimana dia sekarang. Laura yang sudah sangat bosan itu akhirnya memilih untuk tidur. Tanpa ponsel, tidak ada yang bisa ia lakukan selain tidur.
Setelah 2 jam berada di alam mimpi, Laura akhirnya bangun dan segera turun untuk mencari makanan. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Laura sejak kecil. Ia pasti akan mencari makanan setelah bangun tidur. Biasanya, di kamar sudah tersedia beberapa makanan ringan. Namun hari ini, persediaannya sudah habis.
Setelah mencari-cari di dapur, yang ia temukan hanya buah-buahan. Alhasil, ia mengambil sebuah apel dan memakannya sembari menonton televisi. Saat sedang asik menonton drama, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Dengan terpaksa, Laura berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ternyata yang datang adalah Steve, tetangga baru itu.
“Loh, kamu? Ada apa?” tanya Laura.
“Aku cuma mau ngasih ini,” jawab Steve sambil memberikan sebuah paper bag yang berisi kue brownis cokelat.
“Wahh, makasih. Mau masuk dulu nggak?”
“Mau!” jawab Steve tanpa ragu yang membuat Laura terkekeh.
“Yaudah ayo masuk,” ajak Laura.
Laura mempersilahkan Steve untuk duduk di ruang tamu, dan ia pergi ke dapur untuk mengambil minuman.