Setelah berada di rumah, Laura segera membuka buku-buku yang sudah ia beli tadi. Ia tertarik untuk mulai mempelajarinya. Ia mengambil buku catatan besar miliknya yang berisi beberapa materi biologi sejak SMA. Buku itu membantu Laura untuk memudahkannya dalam belajar. Dengan segera, Laura menandai beberapa istilah penting yang ada di buku paket dan menuliskannya di buku catatan miliknya.
Setelah 30 menit belajar, Laura segera mandi. Berbeda dengan Arthur yang masih tidur sejak mereka pulang tadi. Orang tua mereka saat ini sedang pergi ke luar untuk membeli bahan makanan dan beberapa peralatan dapur.
Kini, Laura sedang membereskan buku-bukunya yang belum sempat ia bereskan tadi. Tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama Xan Julian di layar. Julian menelpon Laura untuk mengajaknya pergi nanti malam. Ia ingin merayakan keberhasilan mereka karena telah masuk di universitas favorit. Laura pun menyetujuinya dan segera mengakhiri panggilan karena mendengar teriakan mama.
“Ra! Sini turun, bantuin Mama masak!” teriak Mama Laura yang baru saja pulang dengan membawa bahan makanan.
“Iya, Ma! Bentar!”
Kemudian Laura bergegas turun dan menuju dapur untuk membantu mamanya. Sedangkan papanya, masih sibuk membuka kardus yang berisi mesin pembuat kopi.
“Eh anjing!” ucap Papa Laura yang membuat Laura dan mamanya langsung berbalik badan menghadap papanya.
“Pa! Omongannya ya!” tegur Mama Laura.
“Eh, maksud Papa bukan itu. Anjing yang tadi kita beli masih di bagasi Ma,” balas Papa panik.
“Gimana sih Pa?! Ambil cepet! Anjing segede itu masa lupa sih?” perintah Mama.
Papa Laura segera berlari keluar sembari membawa kunci mobil.
“Mama beli anjing? Kok nggak bilang Rara dulu?” tanya Laura kecewa karena ia tidak diajak.
“Papa kamu tuh yang beli. Katanya beli buat kamu, sebagai hadiah aja sih,” jawab Mama.
Laura berlari kecil ke arah papanya yang masuk membawa seekor anjing yang menurutnya menggemaskan. Anjing jenis Siberian Husky berwarna hitam putih itu menarik perhatian Laura. Ia langsung memeluk anjing berusia 3 tahun itu yang tingginya sudah setinggi lutut orang dewasa. Papanya sudah membelikan mainan dan juga makanan untuk anjing itu.
“Ini beneran buat Rara Pa?”
“Iya. Rawat yang bener ya, Nak?”
“Iya Pa. Pasti,” jawab Laura.
Laura kini sedang asik bermain dengan anjing barunya itu. Ia bahkan lupa jika harus membantu mamanya memasak. Alhasil, Arthur lah yang harus menggantikan Laura membantu mamanya.
“Ra! Bangunin kakak gih, suruh bantuin Mama,” perintah mama Laura.
“Oke, Ma,” balas Laura sembari mengacungkan jempolnya.
Laura membawa anjing itu ke depan kamar Arthur untuk membangunkan si tukang tidur. Arthur mulai terganggu dengan suara gonggongan anjing itu. Sehingga ia keluar dari kamar dan melihat Laura membawa seekor anjing.
“Anjing siapa sih berisik banget?!” keluh Arthur.
“Anjing aku,” jawab Laura senang.
“Sumpah demi apa? Bagus banget,” kata Arthur sembari mengelus anjing itu.
“Yeu, tadi aja ngomel-ngomel.”
“Dibeliin Papa ya?”
“Iya. Kak, disuruh bantuin Mama masak tuh, buruan!” perintah Laura.
“Kenapa nggak kamu aja sih? Heran, punya anak cowok ganteng gini malah disuruh bantuin masak,” keluh Arthur.
“Iyain. Udah sana, nggak usah protes! Aku mau main sama dia.”
Setelah itu, Laura pergi ke kamarnya untuk bermain dengan peliharaan barunya itu.
Di kamar, Laura sedang memikirkan nama yang cocok untuk peliharaan barunya itu. Ia terus mengajak anjing itu berbicara, meskipun ia tahu jawabannya hanya ‘guk guk’.
“Kamu mau aku kasih nama siapa?” tanya Laura kepada anjing itu sembari mengelusnya.
“Kamu kan cowok, jadi nama kamu harus keren. Ya kan?”
“Jangan kaya cowok yang tadi. Namanya Arthur, tapi muka kaya habis kebentur tembok.”
Laura yang mengatakan hal itu pun tertawa lepas. Meskipun tampang Arthur tidak seburuk yang ia katakan, ia merasa puas bisa mengejek Arthur tanpa sepengetahuannya. Saat sedang asik bermain dengan anjingnya, Laura mendapat telepon dari Julian.
“Halo?” sapa Laura.
“Nanti aku jemput jam 7 ya.”
“Oke siap! Tapi mau kemana sih?”
“Belum kepikiran juga sih, hehe,” jawab Julian sambil terkekeh.
“Yeu, kirain udah tau.”
“Kamu maunya kemana?”
“Ehm … Timezone kuy! Udah lama kita nggak ke timezone,” jawab Laura semangat.
“Sip! Eh, di rumah kamu ada anjing ya?”
“Iya nih, papa yang beliin. Aku bingung kasih nama masa?”