“Gubrak!”
Sebuah hantaman keras mengejutkan semua penumpang di bangkunya masing-masing, termasuk diriku. Alamak! Hampir saja jantungku melompat keluar. Demi melihat kejadian secara lebih dekat, aku dan penumpang lainnya pun bergegas ke pintu depan bus. Astagaaaa! Terlihatlah di depan bus seorang pria pengendara sepeda motor tergeletak diam tak bergerak sedikitpun.
“Jangan-jangan sudah mati,” ucap salah satu penumpang. Yang lain pun terlihat panik dan heboh mendengarnya. Apalagi diriku. Duhai emak, bagaimana ini? Sepertinya sopir bus menabrak pengendara motor yang sedang melintas tiba-tiba. Kayaknya tewas di tempat nih, aku panik. Kalau memang benar, sopir bus kami harus bertanggung jawab sebelum diamuk warga. Kulihat sang sopir yang kayaknya tadi menyetir kurang konsentrasi malah mlipir ke belakang dengan wajah pucat pasi. Sepertinya ia takut untuk setor muka dan menghadapi langsung sang korban. Akhirnya seperti yang kuduga, tak lama warga setempat tanpa bisa dicegah, datang bergerombol sambil berteriak-teriak penuh emosi. Wajah-wajah mereka sudah seperti malaikat maut! Serem nian.
“Woi turun!”
Warga mengeluarkan taringnya penuh amarah, bak banteng yang siap menyeruduk lawan. Menyerbu bus dengan kepala berasap.
“Mana sopir kalian yang menabrak korban? Lihat! Si pengendara sampai tewas di tempat.”
Hening. Semua terdiam termasuk diriku.
“Ayo jawab! Kalau tidak, akan kami bakar habis bus ini,” ucap salah satu warga lagi tak sabar.
Tanpa bisa dicegah, keringat dingin membasahi tangan dan tengkukku, di saat situasi panik dan mengancam seperti ini. Oh, emak! Bagaimana ini? Bila harus tewas terbakar di tengah jalan seperti ini. Arwah bisa penasaran Mak! Apakah aku yang disebut si banyak nyawa oleh mamakku kali ini bisa selamat? Dan, inilah kisahku yang akan kumulai dengan asal-usulku hingga lahir ke dunia yang fana ini. Sebut saja namaku Sky Melankolia yang berkulit sawo matang dengan rambut berombak sebahu. Tubuhku tidak tinggi tapi juga tidak pendek, sekitar 160 cm. Badanku juga tidak gemuk tapi tidak kurus juga. Kata orang-orang wajahku manis karena hidungku bangir dan bibirku mungil.
Aku lahir di salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Semua suku ada mulai dari suku Melayu, Karo, Jawa, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Mayoritas penduduknya bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Di samping bekerja di kantor-kantor pemerintah. Ada juga yang bekerja di kantor-kantor konsulat dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman. Tapi umumnya banyak yang berprofesi di bidang perdagangan.
Namun setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Sementara bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Melayu dan Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau. Kotaku juga terkenal dengan ragam kulinernya yang lezat.
Menurut mamak, sepertinya aku memiliki banyak nyawa karena sedari kecil selalu selamat dari maut. Cerita mamak lagi ketika mengandung diriku dia tidak tahu, hingga tetap minum pil KB. Tapi herannya aku tetap bisa lahir meskipun prematur dan sering sakit-sakitan. Aku juga pernah jatuh dari kamar di lantai dua rumah kami, tapi bisa selamat karena tergantung di kawat jemuran. Para tetangga sampai berteriak histeris, menyaksikan bayi yang masih berumur 4 bulan jatuh dari rumah bertingkat. Sementara di bawahnya sudah menunggu batu-batu yang cukup besar, yang mampu memecahkan kepala mungilku.
"Sebuah keajaiban anakmu Sky bisa selamat. Sepertinya ditolong malaikat." Seru para tetangga takjub. Bahkan aku pernah terkena sakit liver parah tapi bisa sembuh dan sehat kembali. Itulah yang membuatku sering bertanya mengapa Tuhan sebegitu kekehnya membuatku tetap hidup sebagai anak kesepuluh di keluargaku. Sampai aku pernah protes, "Anak mamak kan sudah banyak, kok gak kb aja."