Bukan Kisah Biasa

Sky Melankolia
Chapter #2

Orang Paling Kaya

Masa kecilku adalah masa yang sangat indah dan penuh keriangan, sebab lebih banyak kuhabiskan dengan bermain bersama teman-temanku. Menurut psikolog, bermain adalah kebutuhan utama bagi anak-anak di masa pertumbuhannya, yang bila terenggut akan membuat anak tersiksa. Jadi, betapa bahagianya aku yang bisa bermain tanpa batasan. Berbagai jenis permainan anak-anak di tahun 90-an sudah kurasakan. Mulai dari bermain masak-masakan, lompat tali, patok lele, gundu, petak umpet dan lainnya.  


Temanku juga berasal dari berbagai suku dan karakter. Sehingga banyak pengalaman yang kudapatkan dari interaksi dengan mereka. Kata lainnya, aku tengah mencari bahagiaku lewat bermain. Walau aku tak selalu merasa bahagia dalam bermain akibat sesekali di bully. Biar kuperkenalkan satu-persatu nama dan sifat semua temanku mulai dari Ana si penguasa, sekaligus bos bagi kami kala bermain.


Ana yang orang Melayu memiliki tubuh yang tinggi dan kurus, tapi tenaganya kuat karena banyak makan. Berbeda denganku yang kurus namun malas makan. Ada lagi temanku, Tini yang orang Padang, badannya berisi dan tubuhnya seksi. Sedari kecil Tini sudah terlihat lebih genit dari kami dan rajin berdandan. Tini hanya malas kalau disuruh beberes rumah seperti cuci piring atau menyapu. Sedangkan Wiwik orang Mandailing sangat rajin tapi berwajah pas-pasan dan agak perhitungan soal uang. 


Tapi kalau berkelahi sama Ana, pasti deh enggak bisa menang karena dia tenaganya banyak. Mana tulangnya keras lagi, jadi sakit banget kalau berkelahi dengan Ana. Kayaknya makanan Ana lari ke tulangnya semua deh. Enggak enaknya kalau pas Ana mengajak kami mencuri Mangga atau Jambu. Padahal aku takut dosa karena mencuri. Sebagaimana ceramah yang sering kudengar, haram kata pak ustad dan guru mengaji, kalau makan hasil curian. Masalahnya anak-anak takut sama Ana, termasuk aku karena Ana ketua geng kami. Semua omongannya harus kami turuti, sebab kalau melawan bakal di es-ke-te-in deh alias enggak ditemenin. 


Kalau sudah nggak ditemenin otomatis nggak bisa ikut bermain. Rasanya ngiler dan nggak enak banget melihat anak-anak main, tapi kita enggak boleh ikutan. Cuma mengintip dari jendela dan dengar suara riang bermain mereka saja.  Padahal Ana selalu punya ide mengajak bermain yang seru dan asyik. Entah itu main masak-masakan di rumahnya. Main bola kasti dan battalion. Itu lho batu bata yang disusun-susun. Siapa yang kalah harus jaga dan menyusun batu bata. Pokoknya seru deh kalau ikut si Ana bermain. 


Buat yang masa kecilnya tahun 80-90 an pasti tahu. Sementara anak yang lain cepat-cepat sembunyi biar nggak gampang ditemukan saat dicari. Atau main patok lele dan kuaci. Bukan kuaci yang bisa dimakan dari biji matahari ya. Permainan kuaci yaitu benda yang bentuk gambarnya terbuat dari plastik berukuran kecil dan berwarna warni. Ada gambar orang, rumah, perabot dapur, dan banyak lagi. Yang bermain harus dua orang, caranya dibuat garis pembatas lalu kwaci disebar dan dipatuk pake gaconya. Bila keluar garis berarti menang. Juga permainan seru lainnya yang ada saja idenya di kepala Ana. Herannya, kok kami mau-mau saja waktu itu diperintah oleh Ana. 


Lihat selengkapnya