Bukan Lelaki Arimbi

Shinta Larasati Hardjono
Chapter #5

Teh Manis Dalam Sebuah Mug

Ini sudah minggu kedua mami tidak mengajakku bicara sejak insiden penolakanku untuk ikut menginap di rumah Cibinong. Berulang kali aku mencoba membuka percakapan untuk mencairkan suasana, tapi tetap nol hasilnya.

Mami terus mendiamkan aku. Bahkan di hari ketiga perseteruan kami, mami menolak menerima salam pamitku ketika pagi-pagi aku hendak berangkat ke kantor.

—-

Hari ini adalah libur bersama Lebaran. Aku menikmati hari dengan tenggelam membaca berbagai koleksi buku di kamar. Mulai dari komik hingga buku tentang analisis perempuan, diiringi lagu-lagu yang diputar dari radio di handphone.

Tanpa terasa, aku tertidur. Aku terbangun karena suara papi yang berteriak dari bawah, “Arimbi! Ada Hans datang nih!”

“Duh, si kurus ngapain dateng si.. Harusnya nanti aja biar gue bisa tidur lebih lama. Lagi enak-enak tidur malah datang!” Keluhku dalam hati.

“Arimbi! Cepet turun!” Teriak papi lagi karena aku belum juga turun dari kamar.

“Iyaa!” Jawabku sambil bersungut-sungut.

Saat menuruni tangga, aku bisa melihat Hans sudah duduk di sofa depan televisi di ruang keluarga.

“Haiiii!” Sapaku manja.

Tatapan Hans tidak berpindah ke arahku. Dia tetap memandang lurus ke arah televisi.

“Oh, benda mati yang bisa bersuara dan menampilkan gambar ternyata lebih menarik daripada aku, makhluk manis yang bernapas,” batinku.

“Hei!” Aku menyapa Hans untuk kedua kalinya. “Aku bikin minum dulu ya buat kamu.”

Lihat selengkapnya