Rumah Alfian ternyata sulit ditemukan. Setelah bertanya ke beberapa pangkalan ojek yang kami lewati, akhirnya mami dan papi berhasil mendapatkan informasi tentang letak rumahnya. Rumah itu berada di sebuah gang sempit yang ramai dengan anak-anak kecil berlarian. Di sepanjang jalan menuju rumahnya, aku melihat ibu-ibu yang sedang mencari kutu di rambut mereka sambil duduk di depan rumah masing-masing.
Rumah Alfian tampak sangat sederhana, jauh dari kata mewah. Pintu depannya dicat hijau muda, sedangkan jendelanya berwarna putih, sudah sedikit kotor. Tembok rumahnya pun berwarna hijau pudar, dan lantainya bukan ubin, hanya berupa semen biasa. Saat kami mengetuk pintu, seorang laki-laki tua berumur sekitar tujuh puluh lima tahun membuka dan mempersilakan kami masuk setelah papi memperkenalkan diri sebagai orang tua dari teman dekat Alfian.
“Kami orang tua dari teman kerja Alfian, Pak. Boleh kami masuk sebentar?” Tanya papi sopan.
“Silakan masuk,” jawab lelaki tua itu sambil tersenyum ramah.
Kami duduk di atas sofa coklat yang sudah terlihat usang. Sambil menunggu, lelaki tua itu menyuguhkan teh hangat yang terasa pahit. Setelah beberapa saat, lelaki tua yang ternyata ayah Alfian, menanyakan maksud kedatangan kami.
“Maksud dan tujuan kedatangan Bapak dan Ibu apa ya?” Tanya ayah Alfian.
Papi menghela nafas pelan, kemudian menjelaskan dengan hati-hati tentang apa yang sedang dihadapi oleh Mbak Didi, “Pak, terus terang kami datang kesini untuk membicarakan masalah penting. Anak kami, Didi, hamil dan Alfian adalah ayah dari bayi yang dikandungnya.”
Wajah ayah Alfian seketika berubah, “Hamil? Alfian?” Tanyanya kaget, sebelum akhirnya menatap kami satu per satu.
Kami menunggu dengan tegang, menanti reaksi berikutnya. Namun, jawaban yang kami terima membuat kami semua terkejut.
“Alfian sudah punya istri dan dua orang anak. Hubungan mereka baik-baik saja. Saya tidak pernah mendengar ada masalah di rumah tangganya,” kata ayah Alfian dengan tegas.
Mbak Didi langsung terlihat shock mendengar pernyataan itu. “Pak, Alfian pernah bilang ke saya bahwa rumah tangganya bermasalah. Dia bilang istrinya selingkuh,” kata Mbak Didi dengan suara bergetar.