“Hah?! Kenapa? Salah aku apa?” Tanya Hans yang kaget mendengar kata-kata Arimbi.
“Gak ada yang salah. Udah gak cocok aja,” Arimbi memberi alasan sedikit berbohong.
“Gak cocoknya di mana ya? Aku pikir selama ini…”
"Kan kamu pikir. Buat aku ini udah gak perlu diteruskan lagi.”
“Udah gak bisa diterusin lagi gimana sih? Kamu lagi bercanda ya?”
“Aku serius. Gak ada yang bercanda. Kita sudah selesai.”
Hans terdiam. Tercenung. Kaget bukan kepalang mendengar keputusan Arimbi. Bagi Hans, alasan Arimbi sangat tidak masuk akal.
Hubungan mereka menurut Hans sedang baik-baik saja. Mungkin ada beberapa pertengkaran, namun bukan pertengkaran hebat yang dapat menyebabkan hubungan mereka lalu putus.
Kecuali pertengkaran beberapa malam yang lalu ketika Hans pergi menyusul Arimbi saat sedang meeting dengan klien.
Akan tetapi setelah itu Arimbi telah menerima permohonan maaf Hans. Kemudian mereka berbaikan kembali dan tidak jadi putus.
Hans betul-betul merasa heran, dan mengendus seperti ada ketidakberesan.
Apa mungkin ada sesuatu hal yang telah terjadi yang tidak diketahuinya? Atau mungkin Arimbi sudah mempunyai kekasih lain? Apakah mungkin Arimbi selingkuh?
Beribu-ribu pertanyaan dan syak prasangka seketika hadir di pikiran Hans.
“Aku harus mencari tahu penyebabnya,” gumam Hans. “Aku tidak mau percaya begitu saja. Alasan sudah tidak cocok lagi bukan alasan yang logis. Melainkan seperti alasan yang dibuat-buat dan dicari-cari saja.”
“Sepertinya aku pulang saja sendiri. Kamu gak usah antar aku pulang ke rumah,” kata Arimbi kemudian memecah keheningan.
“Aku antar kamu pulang.”
“Gak usah, Hans. Aku bisa pulang sendiri. Biasanya juga sering pulang sendiri.”
“Ini udah malam, Rimbi.”