Bukan Lelaki Arimbi

Shinta Larasati
Chapter #43

Emosi VS Akal Sehat

“Aku disuruh kawin sama Mami dan Papi,” Arimbi berhasil menyelesaikan kalimatnya dalam satu nafas. Kemudian memejamkan matanya sejenak. 


Yerry terdiam. Selama beberapa detik. Merasa tercekat. Tidak mengeluarkan sepatah katapun. 


Kalimat dari Arimbi membuat dirinya merasa seperti terlempar jauh ke dasar bumi terbawah.


“Kapan? Kenapa?” Tanya Yerry pelan.


Arimbi menunduk kemudian menjawab dengan pelan, “Secepatnya.”


“Aku gak tau kenapa. Semua tiba-tiba saja. Aku juga gak tau, Yer,” Arimbi meneruskan perkataannya mencoba memberi penjelasan. Melakukan pengulangan kalimat agar Yerry mempercayainya.


Keduanya kembali terdiam. Yerry berusaha mencerna fakta yang terdengar menusuk relung jantungnya. Akal sehatnya menolak menyetujui kenyataan yang datang secara tiba-tiba. Tanpa disangka.


Seakan sedang berada di tengah lautan luas yang biru dan tenang. Kemudian badai ombak seketika datang menyeret perahu yang ditumpanginya tenggelam. 


Sedangkan saat itu langit sedang terik benderang dengan sinar matahari hangat bersahabat. Tidak ada tanda-tanda sama sekali bahwa kapal yang sedang dikendarainya akan ditarik paksa oleh gelombang yang tinggi dan sangat kasar merebut miliknya.


Sebagai kapten kapal yang bertanggung jawab terhadap keselamatan kapal dan penumpang yang ada, Yerry merasa dirinya gagal. 



Yerry sangat menyayangi Arimbi. Sedari dulu. 


Baginya hanya ada dua perempuan di muka bumi ini yang mampu membuatnya jatuh hati. Perempuan pertama, adalah perempuan yang telah melahirkan dan membesarkan dirinya, dan yang kedua, adalah perempuan yang saat ini sedang berada di hadapannya, Arimbi Sekar Mintohardjo. 


Bahkan dirinya rela membiarkan Arimbi berada dalam pelukan Hans. Walaupun dirinya bisa saja merebut Arimbi. Kesempatannya untuk melakukan hal tersebut sangat mampu dia lakukan. Kesempatan tersebut sangat terbuka lebar. 


Karena Yerry paham betul bahwa perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Bahwa Arimbi juga sangat mencintainya. 


Namun itu tidak dilakukannya. Karena bagi seorang Yerry, kebahagiaannya adalah ketika melihat Arimbi bahagia. Dirinya akan merasakan sangat susah kalau melihat Arimbi bersedih.


Yerry tidak mau menjadi perusak hubungan. Dia ingin apabila nantinya dirinya dapat bersatu dengan Arimbi, itu karena memang seharusnya terjadi. 


Bahwa semua terjadi atas dasar campur tangan semesta. Takdirlah yang telah mengatur. Namun bukan dirinyalah yang mengobrak-ngabrik hidup Arimbi.


Saat Arimbi bercerita bahwa hubungannya dengan Hans sedang tidak baik-baik saja, jauh di dasar lubuk hati dirinya berteriak kegirangan. Meskipun di depan Arimbi, Yerry harus mampu sekuat tenaga menutupi harapan terbesarnya, yaitu agar hubungan Arimbi dengan pacarnya semakin hari akan semakin renggang.


Rasa lega dirasakan ketika mendengar Arimbi mengatakan bahwa sudah putus dengan Hans, yang disebabkan oleh sifat Hans yang tidak jujur, dominan, manipulatif, sering berlaku memaksa dan semena-mena. 


Puncak keberkahan yang dirasakan Yerry, adalah ketika mengetahui Arimbi yang akhirnya menyadari dan berani mengakui bahwa selama ini Arimbi tidak pernah mencintai Hans. Hubungan mereka terjadi atas dasar coba-coba. Inilah ternyata penyebab utama keputusan Arimbi untuk melepas Hans.


Yerry terus berharap, dan selalu berharap sepanjang waktu, bahwa dirinya dan Arimbi akan dapat disatukan oleh takdir.


Yerry selalu berpikir menggunakan akal sehat. Logikanya selalu menang melawan emosi. Walaupun dirinya selalu sangat kesulitan mengalahkan emosi yang sebetulnya selalu lebih mendominasi, apabila menyangkut tentang Arimbi. 

Lihat selengkapnya