Bukan Lelaki Arimbi

Shinta Larasati Hardjono
Chapter #44

Rencana Menuju Pengasingan Diri Yang Menyejukkan Jiwa

Tepat jam sembilan kurang Arimbi sudah menginjakkan kakinya di lobby. 


“Rimbi!” Sebuah suara terdengar dari belakang Arimbi, ketika dirinya sedang berjalan melangkah menuju lift.


“Eh lo, Ghe, gue kira siapa,” sahut Arimbi ketika menengokkan kepalanya ke belakang.


“Cie, abis dianter cama capa tuuu, hihihi,” ledek Ghea mengganggu Arimbi.


“Ih apaan sih, hahaha, rese banget lo, Ghe. Yerry ituuu…” Jawab Arimbi mengelak sambil memberi penjelasan.


“Oo Yerry, gue kira cowok baru, hahahaha,” Ghea bereaksi sambil tertawa. 


Sembari menunggu antrian lift, Ghea memintaku untuk menemaninya mencari kos baru untuk dirinya. 


"Gue mau cari yang deket sama kantor. Biar gak keluar ongkos lagi, ke kantor cuma tinggal jalan kaki," jelas Ghea.


"Eh anak kantor kalo gak salah ada yang ngekos di jalanan belakang kantor deh, Ghe. Kenapa gak tanya siapa tau, kali-kali aja ada yang kosong di tempat dia," kataku.


"Oiya, lo bener, Rim. Bunga anak editing kan?" 


“Iya kayaknya sih anak editing. Gue sering liat dia keluar dari ruang editing soalnya. Gue juga gak terlalu kenal tapi. Lo tanya aja langsung gih,” jawab Arimbi.


“Iya deh, nanti gue telpon ke extensionnya begitu sampe meja. Eh, yuk masuk yuk, pintu liftnya udah kebuka tuu,” ajak Ghea ketika melihat pintu lift sudah terbuka.


Setelah keduanya sampai di lantai sembilan, mereka lalu segera menuju meja mereka masing-masing. Selanjutnya mulai bersiap sibuk bekerja.



Dua puluh lima menit kemudian, Ghea datang menghampiriku di meja.


"Rim, nanti jadi ya, jam dua belas teng kita turun. Bunga udah kasih nomor kosannya nih, lumayan dekat dari kantor. Jangan telat turun ya kita. Kalo bisa sih lima menit sebelum jam dua belas, Rim. Lift pasti ngantri karena jam makan siang.”


"Siapp," ujarku menyetujui.


"Ada dua kamar kosong malah kalau tadi kata Bunga sih," sambung Ghea lagi sambil mengedipkan mata.


Aku mengacungkan jempol tanganku ke arah Ghea, sembari terus memegang gagang telepon, karena sedang online dengan salah satu klien media.


Lihat selengkapnya