Ketika aku harus menikah, aku harus memaksa diriku menjadi orang yang dipaksa untuk mencintai. Dipaksa menjadi “bukan diriku”.
Sayangnya, meski sejuta daya upaya aku pertaruhkan, ternyata aku tidak mampu untuk melakukannya. Karena memang ternyata tidak ada cinta.
Sayangnya hal tersebut terlambat kusadari. Aku sudah tidak bisa mundur. Tidak ada jalan memutar. Beribu ide kuputar otak mencari cara untuk menciptakan apa yang seharusnya diperoleh, namun selalu gagal.
Jalan yang kulalui hanya cukup untuk satu tubuhku. Aku terus menerus didorong oleh sebuah kekuatan untuk tanpa jeda maju ke depan. Berjalan dalam lorong gelap yang panjang. Bukan keinginanku.