"What's?" Dara hanya terhalang tembok tidak begitu tinggi dan menyisakan ruang hampa di atasnya saat dia mendengarkan perkataan Bayu kepada Ratih di depan Ibunya.
"Kenapa aku nguping, sih?" Dara merasa tidak enak hati karena mendengar sesuatu yang seharusnya tidak didengarnya. Antara privasi dan bahan gosip itu tipis batasnya, karena meskipun tidak ingin diketahui orang, masalah yang berkaitan dengan privasi malah sering dibocorkan oleh orang-orang terdekat. Benar, kan?
"Tuhan, adakah kesempatan untuk berjalan mundur ke belakang? Sepertinya aku salah mendengarkan semua ini." Dara bergumam sambil menenteng wadah kiriman Emaknya yang baru saja selesai diambilnya dari kantor sang Bos. Dia bergegas pergi kemudian mengatur ritme jantungnya saat sudah semakin jauh dari tempat gibahnya tadi.
"Tapi, menarik juga pendapat si bos. Dia butuh orang sebagai istri, bukan sebagai robot yang selalu menurut ketika disuruh apapun." Dara cengengesan, dia cengar-cengir membuka mulutnya lalu mengangguk-angguk.
"Astaghfirullah. Dasar semprul! Tuhan, tolong ampuni sisi hati hamba yang lain ini yang terkadang suka error." Dara menggeleng sendiri lalu berjalan cepat ke arah luar.
***