"Warung Kaji Wiwin yang paling laris di sini, Pak." Bayu mendengarkan laporan anak buahnya mengenai prospek beberapa unit usaha masyarakat yang menjadi reseller produk-produk mereka.
"Dulu, hanya satu dua saja yang giat mengambil barang. Sejak Bu Dara meng-handle proses persetujuan reseller banyak warung-warung kampung yang meminta ambil barang. Heran sekali kenapa Bu Dara bisa membuat gebrakan wah seperti itu." Anak buah Bayu yang nyentrik dengan rambut bergaya mohawck itu cengar-cengir.
"Bukan tugas kamu buat ngerti cara kerjanya," ucap Bayu sambil menepuk punggungnya. Mereka duduk menikmati kopi tubruk di warteg yang berada di belakang perusahaan, tempat langganan para karyawan. Jika bukan orang lama pasti tak akan ada yang mengira jika Bayu adalah boss besar mereka yang ikut nongkrong bersama.
"Termasuk, bukan tugasku ngertiin sifat Pak Bayu juga, kan?" celetuk lelaki nyentrik tadi.
"Toss!" Lalu gelas mereka saling beradu.
***
Di depan lobi perusahaan sebuah mobil kodok berwarna hijau terparkir sembrono. Dara bergegas ke luar dari mobil itu lalu melangkah ke dalam, lupa mematikan mesin mobilnya dan si kodok mencium bemper mobil big boss.
"Astaghfirullah. Non Dara." Pak Komang satpam kantor menutup mukanya membayangkan perang Bharatayuda.
"O ... O ... Pak, gimana ini?"
"Ya ngadep Bos lah, Non. Masak ngadep saya." Pak Komang geleng-geleng mendengar pertanyaan Dara.
"Ya udahlah, Pak. Tunggu dulu ya. Ini lebih penting! Bayu sedang menungguku."
Pak Komang kebingungan. Bukankah Pak Bayu bos mereka, kenapa Dara malah tidak sekalian bilang hal itu?
Berjalan super duper cepat Dara sudah berada di depan ruangan Bayu. Dibukanya pintu itu tanpa permisi kemudian meletakkan sesuatu di meja. Senyum merekah di pipinya.
"Bayu pasti suka ni dengan pencapaianku. Main nantang segala." Seringai Dara menampakkan kemenangan tapi, wajahnya mendadak pucat saat dilihatnya sebuah foto di atas meja. Seorang wanita cantik dan anggun sedang menggendong putri kecil yang sama-sama cantik. Dara tahu kalau wanita itu adalah istri Pak Anwar, manajer marketing yang selalu memberinya pujian atas kinerjanya.
"Kenapa Bayu menyimpan foto istri Pak Anwar, ya? Apakah?" Dara menggeleng dan membuang semua praduga jeleknya.