“Kita udahan aja ya, aku capek” satu kalimat yang aku tulis untuk memutuskan hubungan dengan Juan lewat chat. Bukan karena sudah tidak sayang, tapi rasanya hubungan kami sudah mulai toxic padahal baru berjalan beberapa bulan. Padahal dulu hubungan kami terasa istimewa, aku merasa sangat dicintai oleh dia. Terkadang ia membelikan hadiah-hadiah cantik, memelukku di saat-saat sulit, dan bahkan ia tak pernah membiarkanku membawa barang bawaan sendiri. Namun entah sejak kapan semuanya mulai terasa salah, dan kurasa inilah saat yang tepat untuk mengakhiri hubungan dengannya.
“Kamu serius mau putus dari aku?” balasnya, mungkin dia juga mulai lelah dengan hubungan ini. Aku mengiyakan, dan tidak ada balasan lebih lanjut darinya. Menggantung begitu saja, padahal kuharap setidaknya dia menyampaikan kata terakhir untuk putus dengan baik-baik. Aku lebih baik mendengar makian daripada ditinggalkan tanpa kata penutup. Tapi aku tahu, dia tidak akan pernah mengeluarkan kata kasar padaku. Aku tahu dia akan memilih untuk pergi tanpa kata-kata daripada harus menghabiskan waktu untuk marah, karena itulah dia selama ini.
Aku merasa Juan sangat sulit diajak untuk berkomunikasi belakangan ini dan kadang aku merasa dia kurang menghargai hadiah-hadiah yang kuberi. Aku ingat saat membelikan dompet yang ia suka Entah karena dia memang sulit mengungkapkan perasaan atau memang tidak ada niat serius untuk hubungan kami. Di samping itu, kuakui dia pria yang baik. Ia cukup sabar dengan emosiku yang berubah-ubah, sikapnya sangat dewasa. Selain itu dia cukup tampan dan sudah cukup mapan mengingat usianya beberapa tahun di atasku. Namun, semua yang dia lakukan rasanya salah dan tak termaafkan di mataku. Entah kenapa aku membenci semua tentang dia, yang anehnya tanpa alasan jelas.
Beberapa hari setelahnya aku malah baru bertanya-tanya, yang sebenarnya salah itu aku atau dia? Memang sih sekarang mulai muncul ingatan ketika aku berbuat salah, tapi itu kan masih bisa ditoleransi. Bukan maksudku ingin jadi egois, tapi kalau dia tidak mau mengusahakan hubungan lalu untuk apa? Aku mulai merasa bahwa memutuskan hubungan dengannya hanya karena emosi sesaat adalah pilihan yang salah, terutama karena alasannya tentang bagaimana cara dia berkomunikasi atau merespon pemberianku. Ah, tapi aku butuh seseorang yang menghargaiku, seumur hidup itu terlalu lama. Entah memang kekurangannya tidak bisa kutoleransi atau memang itu hanya alasan untuk bisa putus dari dia, tapi harus kujelaskan bahwa Juan bukanlah orang yang buruk, sebaliknya justru ia adalah sosok yang belakangan membantuku mengarahkan hidup. Dia membuat segalanya terasa lebih teratur dan tenang. Namun entah mengapa, perasaan ini terasa janggal. Aku merasa dia mulai menghindariku dan aku takut dia akan meninggalkanku nantinya, maka aku meninggalkan dia lebih dulu. Aku terbiasa hidup dalam ketidakpastian, menjalani hari-hari dengan adrenalin bodoh yang hilang timbul. Sedangkan Juan menghadirkan kedamaian yang sulit dijelaskan, kenapa tidak ada dinamika dalam hubungan kami? Aku takut ke depannya dia akan bosan dengan hubungan ini dan pergi ketika perasaanku terlanjur tumbuh terlalu besar.