Seminggu setelah itu, ujian sudah berakhir dan aku mulai kembali meminum obat yang diberikan dokter Toni. Setelahnya aku bisa merasakan efeknya tak separah saat pertama kali kuminum, tapi aku masih merasa sedikit takut, takut aku berubah jadi bukan diriku sendiri dan lupa banyak hal. Tapi aku tetap meminumnya, aku harap tubuhku cepat menyesuaikan diri dengan obat ini.
Aku mencari banyak informasi tentang obat yang kuminum, berharap menemukan petunjuk yang bisa menjawab berbagai keraguan yang melanda pikiranku. Setiap artikel yang kubaca tentang antidepresan mengungkapkan efek samping yang menakutkan. Beberapa di antaranya menyebutkan kemungkinan kehilangan konsentrasi, kebingungan, bahkan mengganggu memori. Yang lebih mengkhawatirkan, ada juga yang menyebutkan masalah fisik seperti jerawat dan kerusakan kulit. Makin banyak aku membaca, makin cemas aku merasa. Apa jadinya jika efek samping yang ditakuti itu benar-benar menghampiriku?
Namun, anehnya, setelah mengonsumsi obat-obatan itu, aku mulai merasakan perubahan yang cukup signifikan. Beberapa hari setelahnya, aku memperhatikan kulitku tampak lebih bersih dan cerah. Aku bahkan merasa rambutku lebih halus, seolah mendapatkan perawatan ekstra yang selama ini aku abaikan. Mungkin hormonku menjadi lebih stabil, dan itu memberi dampak positif pada penampilanku.
“Eh, kamu kok kelihatan lebih segar?” tanya Mama suatu pagi saat kami sarapan.
“Serius, Ma? Mungkin ini efek dari obat,” jawabku sambil tersenyum, meski hati ini masih diliputi keraguan.
Mama hanya mengangguk, meskipun aku bisa melihat di matanya ada sedikit kekhawatiran.
Tetapi saat melihat cermin, aku merasa sedikit lebih percaya diri. Mungkin proses ini memang tak seburuk yang aku bayangkan. Mungkin, justru dengan merawat diri dan memperhatikan kesehatan mentalku, aku bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan yang selama ini mengganggu.