Hari ini adalah hari istimewa—ulang tahun pernikahan orangtuaku, aku sudah menunggu sedari lama untuk memberi mereka sesuatu. Dengan hati berdebar, aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari. Rencana ini sudah matang dalam pikiranku. Hari ini, aku ingin membuat momen tak terlupakan untuk mereka. Aku ingin mengajak makan dan memberi sepasang cincin sebagai hadiah. Restoran yang kupilih terkenal dengan suasananya yang romantis, di mana lampu-lampu kecil berkelap-kelip dan aroma masakan yang menggoda selera selalu menyelimuti tempat itu. Tempat yang pas untuk merayakan cinta mereka yang telah bertahan lebih dari dua puluh tahun.
“Ma, jangan lupa loh nanti sama Ayah juga. Aku udah booking tempatnya” ujarku.
“Iya iya, bawelnya. Mama udah siapin baju yang cantik, gaakan lupa” ujar Mama yang kubalas dengan acungan jempol.
Menjelang malam, aku mempersiapkan diri dengan baik, kupilih dress hitam sederhana yang jatuh hingga lutut, dengan potongan yang elegan dan nyaman. Tergantung pula aksesori perak—anting kecil di telingaku dan gelang di lenganku. Aku memoleskan lipstik marun favoritku, warna yang selalu membuatku merasa percaya diri. Saat kuperhatikan di cermin, aku suka melihat bagaimana warna itu kontras dengan dress hitam.
Tak lama kemudian, orangtuaku keluar dari rumah, berangkat bersama-sama menuju restoran. Mereka terlihat rapi dan bersemangat, dan saat aku melihat mereka, senyuman di wajahku tak bisa ditahan.
“Gea, kita sudah siap! Kamu siap berangkat?” tanya ibuku dengan nada ceria.
“Iya, ayo!” jawabku dengan semangat. Kami melangkah ke mobil, dan aku duduk di tengah, merasakan kehangatan keluarga di sekelilingku.
Sesampainya di restoran, pelayan yang tampak ramah mengantarkan kami ke meja yang sudah kutentukan, di sudut yang menghadap pemandangan kota yang berkilau. Dari situ, aku bisa melihat kerlip lampu yang menciptakan nuansa romantis.
“Wah, tempatnya keren banget, ya!” kata ayahku, memandangi sekeliling dengan takjub.