Eros akhirnya berhasil menyelesaikan studinya. Beberapa hari yang lalu dia sudah membelikanku sebuah dress cantik berwarna biru tua untuk datang ke acara wisudanya, potongannya simpel namun elegan, aku suka karena bahannya lembut dan sangat nyaman di kulitku. Aku sengaja memilih heels hitam paling cantik yang aku punya. Hatiku berdebar lebih cepat dari biasanya, khususnya karena hari ini kedua orang tuanya akan hadir juga. Eros sudah menyuruhku agar santai saja, tapi tetap saja aku tak bisa menyembunyikan kegugupanku. Aku sudah menyiapkan sebuah buket bunga yang sengaja kubuat sendiri dan sebuah jam tangan untuknya.
Tak lama, ia sudah berdiri di depan rumahku, terlihat tampan lengkap dengan setelan jas yang tampak pas di tubuhnya. Kali ini Eros datang bukan dengan motor yang biasa ia kendarai tetapi dengan mobil sedan hitamnya.
“Dressnya cantik banget di kamu. Ukurannya pas kan? Nyaman gak?” tanyanya.
“Makasihhh, pas kok, nyaman banget di aku,” ujarku sambil sedikit tersipu. Meskipun sudah sekian bulan kami pacaran, kadang aku masih merasa malu setiap kali dia memujiku.
Eros tersenyum, dan saat itu aku teringat sesuatu. “Sayang, aku punya sesuatu buat kamu,” ucapku sambil menyerahkan sebuah kotak kecil yang berisi jam tangan. Aku bisa melihat wajahnya berbinar-binar saat membuka hadiah itu.
“Hah, kok kamu bisa tau sih aku pengen jam ini? Makasih banyak sayang, ah gila aku pengen nangis” ujarnya sambil langsung mengganti jam di lengan kirinya dengan yang baru.
“Cocok banget di kamu, jadi makin keren” sahutku tak bisa menahan senyum.
Sepanjang perjalanan, Eros tak henti-hentinya bercerita tentang betapa bersyukurnya dia akhirnya berhasil menyelesaikan studinya. “Tahu gak sih, kemarin-kemarin pas ngerjain skripsi tuh aku udah hampir nangis darah, tau. Gak bisa tidur, pusing kepalaku cenat-cenut setiap hari,” ceritanya dengan nada dramatis, dan aku tertawa mendengar celotehannya.
“Terus nih ya, aku tiap hari harus beli kopi biar mataku tetep kebuka. Sidang kemarin juga bikin aku gemeter setengah mati. Tapi untungnya ada kamu yang kasih support terus, makasih ya,” ujarnya sambil memarkirkan mobilnya. Aku menatap Eros sambil mengelus kepalanya.
“Kamu hebat bisa berhasil menyelesaikan ini, Sayang. Aku selalu percaya kalau kamu bakal sukses apapun jalan yang kamu pilih” kataku lalu memeluknya, yang ia balas dengan kecupan di kepalaku. Dalam pelukan itu, aku merasakan betapa beratnya perjuangan yang telah ia lalui dan betapa berartinya momen ini bagi kami berdua.
Suasana sudah terlihat meriah ketika kami tiba, sudah banyak orang-orang yang berkumpul, senyuman dan sorakan mengisi udara. Eros meraih tanganku dengan lembut sebelum kami keluar dari mobil, tak lupa ia membawa set baju dan toga wisudanya. Aku bisa merasakan bahwa ini adalah momen yang berharga, dan aku ingin menikmati setiap detik bersamanya.
Eros melambaikan tangannya pada beberapa orang di depan gedung tempat pelaksanaan upacara wisuda, setelah berjalan lebih dekat aku baru bisa melihat bahwa itu adalah keluarganya.