Aku tak tahu apa yang terjadi belakangan ini, tapi lagi-lagi aku merasa emosiku bergejolak, padahal obat-obat dari dokter Toni sudah kuminum dengan rutin. Suasana rumah yang biasanya hangat terasa semakin sempit, dan pikiranku terus berputar-putar tanpa henti. Sudah berhari-hari aku tak bisa tidur, larut dalam gelombang kecemasan yang tak kunjung reda. Makanan yang seharusnya menjadi sumber energi malah terasa seperti racun yang menyesakkan. Aku berusaha beradaptasi, tetapi rasanya semakin sulit.
Pagi itu, saat Mama dan Ayah duduk di meja makan, aku meraih sekeping roti. Tanganku bergetar saat mencoba mengoleskan selai, tetapi yang kulihat hanya bayangan gelap di sudut mataku. Tiba-tiba, pandanganku kabur, suara mereka berangsur hilang, dan saat berikutnya, semuanya menjadi gelap.
Ketika sadar, aku terbaring di atas kasur yang dingin dan keras. Bau obat yang menyengat menyadarkanku bahwa aku berada di rumah sakit. Refleksiku seakan lamban, dan aku mencoba mengingat apa yang terjadi. Di sampingku, Eros duduk dengan wajah cemas, memegangi tanganku. “Akhirnya kamu bangun” katanya pelan, tetapi suara itu terasa jauh.
“Aku kenapa?” tanyaku, suaraku terdengar serak.
Eros menghela napas, “kamu pingsan di depan Mama dan Ayah. Mereka sangat khawatir,” jawabnya, jari-jarinya mengusap tanganku dengan lembut.
Rasa malu menjalar di dalam diriku. Lagi-lagi aku membuat orang-orang terdekatku merasa cemas. “Aku… maaf. Aku nyusahin lagi” ucapku dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Dokter muncul, memperkenalkan dirinya dan menjelaskan bahwa sakit lambungku kambuh lagi. “Ini semua karena stres dan kurang tidur,” katanya dengan nada tenang. Dia memberikan penjelasan tentang kondisi lambungku yang seharusnya tidak mengalami stres berlebihan, dan bahwa pengobatan yang kujalani harus diimbangi dengan menjaga kesehatan mentalku dan makan dengan teratur.
“Kenapa aku selalu begini?” pikirku. Berulang kali, aku berjanji untuk memperbaiki diri, tetapi kembali terjerat dalam siklus yang sama. Semua ini membuatku merasa seperti beban, bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk keluarga dan orang-orang terdekatku.