(Bukan) Monster Jahat

Lovenim
Chapter #29

Cinta Itu Hanya Hormon?

Apa yang aku sukai dari Eros? Pertanyaan ini terus berputar dalam pikiranku, seolah ingin menggali lebih dalam perasaan yang kini terbalik. Aku selalu percaya bahwa cinta adalah perasaan yang dalam, yang bisa mengubah seseorang menjadi lebih baik. Namun, setelah putus dengan Eros, keyakinan itu mulai pudar. Semua yang tersisa adalah kebencian yang membara. Mungkin ini hanya efek dari hormon, pikirku. Mungkin cinta ini hanya ilusi.

Aku menonton video Raline lagi, “Setiap puncak euforia pasti diikuti oleh penurunan.” Saat hubungan berakhir, kadar dopamin menurun drastis, dan kita merasa kosong. Kadang, saat perasaan bahagia itu pergi, kita harus siap untuk merelakan apa yang tidak bisa kita miliki lagi.”

“Selanjutnya ada oksitosin. Hormon ini menciptakan ikatan emosional yang kuat saat kita bersama orang yang kita cintai. Bayangkan saja, saat kita berpelukan setelah lama tidak bertemu, perasaan hangat itu mengalir. Namun, saat hubungan itu berakhir, ikatan itu menjadi seperti tali yang terputus. Ketika cinta hilang, rasa dekat itu pun ikut sirna,” lanjut Raline.

“Saat kita bahagia dalam hubungan, ada pula kadar serotonin meningkat, membuat kita merasa seimbang. Ketika putus cinta, kadar serotonin bisa menurun, mengakibatkan kecemasan dan depresi.”

A ku menyadari bahwa kebencian yang kurasakan bukan hanya kepada Eros, tetapi juga pada diriku sendiri. Mengapa aku membiarkan diriku terjebak dalam ilusi ini? Rasa sakit yang kurasakan membuatku semakin terpuruk. Seperti yang Raline katakan, “Cinta itu bisa tampak seperti ilusi, tetapi pelajaran yang kita ambil darinya adalah kenyataan.”

Lihat selengkapnya