Blurb
Bukan Orang Ketiga
Kartika adalah seorang wartawati sebuah majalah di kota S. Pada suatu hari, ia mendapat tugas khusus meliput seorang pemuda unik yang mempunyai banyak keunggulan. Keunggulan itu tidak banyak dimiliki oleh orang lain. Pemuda itu sebagai pelestari budaya Jawa dengan segala pernak-perniknya. Seperti, memilikii ratusan keris dan pusaka tua yang berkategori langka di Nusantara. Pemuda unik nyentrik itu bernama Narendra yang biasa disapa Rendra.
Awalnya, Kartika menolak penugasan tersebut. Karena dalam pikirannya, orang yang mempunyai banyak pusaka itu kesannya magic.Namun Mas Hendry sang Pemred, tidak mempunyai pilihan lain. Kartika harus berangkat!
Dari pertemuan tersebut, justru Kartika yang semula antipati, berubah menjadi terpesona dengan keunikan yang dimiliki Rendra. Persahabatan mereka terus berlanjut. Kartika yang statusnya sudah mempunyai pacar, mulai menjadi agak terganggu dengan pesona Rendra yang memang kharismatik.
Di sini problem muncul. Rey pacar Kartika merasa cemburu. Namun Kartika meyakinkan pada Rey bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dicemburui.
Di sisi lain, jalan hidup Rendra tidaklah mulus. Ia yang berkeinginan melestarikan budaya Jawa, dicurigai oleh sekelompok orang dengan tuduhan telah menganut dan menyebarkan ajaran sesat. Pada suatu malam, sekelompok orang tersebut mengintai dan merengsek masuk rumah. Perdebatan aneka tuduhan berlangsung menegangkan dan berujung pada pemukulan Rendra yang terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit. Kasus tersebut lalu dilaporkan ke polisi.
Kartika yang mendengar hal tersebut, langsung memacu motornya untuk bergegas menengok Rendra di rumah sakit, yang jaraknya lumayan jauh.
Seiring berjalannya waktu, dari hasil penyelidikan polisi, Rendra tidak bersalah. Tuduhan itu ngawur. Alhasil, beberapa orang yang telah menganiaya dirinya, harus dibui untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Rendra memiliki pribadi yang baik. Keluar dari rumah sakit, ia menyempatkan diri menengok para tersangka di kantor polisi. Di hadapan mereka, Rendra mengaku sudah memaafkan, namun proses hukum tetap harus berjalan.
Sejak saat itu, semuanya berubah. Rendra menghilang entah kemana. Kartikapun tidak tahu dimana keberadaannya. Rendra hanya meninggalkan secarik kertas yang dititipkan pada saudaranya bahwa : saya harus menenangkan diri dulu. Kartika merasa patah hati. Separo hatinya hilang.
Rey tidak tahu kalau Kartika separuh napas hidupnya. Kartika bersikap biasa-biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apapun dalam dirinya. Hingga lambat laun ia berusaha sekuat tenaga untuk melupakan Rendra. Dan berhasil!
Pada suatu hari, ia menerima undangan pernikahan salah seorang sahabatnya di kota P yang terkenal dengan batiknya. Sepulang dari menghadiri resepsi pernikahan, ia dan Rey berhenti di pusat batik. Kartika ingin membeli batik barang sepotong atau dua potong. Tapi Rey malas diajak turun, malas diajak berkeliling, karena capek nyetir jarak jauh. Akhirnya Kartika berjalan seorang diri, menyusuri lorong-lorong plaza.
Ketika ia tengah memilih-milih batik, tanpa sengaja Kartika bertemu dengan Rendra, yang tengah duduk-duduk di antara gerai batik.
Dari pertemuan singkat tersebut, Kartika tahu bahwa Rendra telah berubah.