Bukan Pacaran Biasa

DMRamdhan
Chapter #2

Pendekatan Tak Terduga

“Jadi kamu tinggal dekat sini?” tanya Rio setelah menyanggah asumsiku soal rumahnya yang dekat dengan rumahku. Dia juga urung meletakkan tas pet cargo-nya di trotoar. Dia jinjing dan melangkah menghampiriku. Sekilas aku melihat ada seekor anjing di dalam pet cargo itu.

“I-iya. Di ujung jalan ini,” jawabku. “Memangnya kenapa?”

Rio angkat pet cargo-nya dan menunjukkan seekor anjing jenis beagle yang tampaknya masih anak-anak.

“Kamu pernah lihat puppy itu?” Siti yang bertanya, dengan suara yang masih terdengar seperti menggumam. Dia juga melangkah di samping Rio. Menghampiriku. Cih!

Aku perhatikan isi tas hewan peliharaan berbahan plastik warna merah dengan jeruji besi sebagai pintu dan aku lihat anak anjing penghuninya tengah menjulurkan lidah. Matanya tampak jernih membalas tatapanku.

“Guk!” Anjing itu menyalak tiba-tiba. Meski tidak keras dan malah semestinya aku anggap salak yang ramah, tetap saja aku terperanjat.

“Aku tidak tahu. Aku belum pernah melihatnya, tapi aku dengar tetanggaku kehilangan anjingnya, di pelataran parkir mall. Katanya lupa tutup jendela saat ditinggal di dalam mobil,” jelasku. Ya, aku pernah dengan dari Mak Sari, pembantu rumah tangga di rumahku, waktu beliau transfer gosip kompleks pada Mama sepulang Mama dari kantor. Aku katakan itu sambil berpaling kepada Rio dan dia membalas tatapanku.

Aaaah! Gawat! Gawat! Debar dadaku!

Kemudian aku lihat Rio berpaling ke arah Siti dan tersenyum. Siti pun tampak tersenyum tipis. Sepertinya mereka mencapai tujuan mereka. Mereka tampak lega dan puas.

“Bisa antar kami ke tetangga kamu itu. Buat memastikan,” pinta Rio.

“Te-tentu. Ayo.”

Aku berjalan melewati mereka—sengaja berjalan di antara Rio dan Siti.

“Enggak jauh, kok,” imbuhku sambil menoleh, memastikan mereka berdua mengikutiku. 

Mereka memang mengikutiku. Berdampingan. Cih!

Kami berjalan hanya melewati tiga rumah, lalu aku dekati gerbang pagar sebuah rumah dan menekan tombol bel di ujung gerbang pagar. Bel yang dilengkapi perangkat intercom berkamera.

“Ya—Oh, Arianna. Ada apa nih? Tumben banget.” Terdengar suara ramah dari speaker di atas tombol bel. Suara pria bernama Pak Riyadi, pensiunan pengusaha yang tinggal bersama beberapa staf asisten. Ya, aku dengar baru-baru ini beliau pensiun—juga dapat dari obrolan Mak Sari dengan Mama.

“Ini, Pak Riyadi. Maaf mengganggu—”

“Guk!” Tiba-tiba anjing di pet cargo Rio menyalak.

“Shota?” ujar Pak Riyadi terdengar kaget. “Kamu menemukannya, Ann? Masuk! Masuk!”

Lalu aku lihat gerbang bergeser otomatis, memberi kami jalan untuk memasuki halaman rumah yang cukup luas. Aku berpaling ke Rio dan Siti, sebelum memimpin mereka memulai langkah melewati gerbang.

Tidak lebih dari lima langkah, aku dengar dan aku lihat pintu depan rumah bak istana itu terbuka, menampilkan sosok tambun pria 58 tahun yang berlari mendekat dengan wajah sumeringah, bahkan mata sipitnya tampak berkaca-kaca. Sulit rasanya mengabaikan imajinasi untuk merekayasa penampakan itu menjadi seperti sosok putri raja berlari mendekat menyambut ksatrianya setelah membasmi naga jahat, juga sulit mengabaikan imajinasi yang memberinya nuansa gerak lambat sebagai rona khidmat dan haru pada pertemuan nan sakral. Hanya debam tapak kakinya saja yang sesekali membuat citra pertemuan sang terkasih ini seperti diguncang gempa.

“Shoootaaaa!”

Aku melirik Rio yang merunduk dan meletakkan pet cargo-nya di lantai beton jalur mobil halaman rumah Pak Riyadi sebelum dia buka pintunya. Anjing kecil itu menyalak dan berlari keluar mendekati tuannya.

Pak Riyadi menyambarnya dan berputar-putar sejenak sambil mengangkat tinggi-tinggi anak anjing itu. Lalu dia menghadapi kami bertiga dengan riang dan tampak tulus wajah yang bersyukur.

“Bagaimana kalian bisa menemukannya?” tanya Pak Riyadi agak gemetar seolah menahan gejolak perasaan gembira.

Rio yang telah kembali berdiri menjinjing pet cargo-nya, sempat melirikku dan melirik Siti. Seolah mendapat mandat tak terperi dari kami, Rio menjawab pertanyaan Pak Riyadi.

"Hanya kebetulan saja, Pak. Kami menemukan tanpa sengaja. Puppy yang ramah, dan kami pikir pasti punya seseorang. Lalu kami dengar dari Arianna kalau Bapak kehilangan seekor puppy, jadi kami datang memastikan. Alhamdulillah ternyata benar punya Bapak."

Aaah, dia menyebut namaku! Rio ingat namaku! Bahagianya .... Mati sekarang pun aku tidak keberatanoh, uh, wait! Jangan dulu ya, Tuhan!

"Terima kasih, ya! Terima kasih banyak!" seru Pak Riyadi sambil memeluk Shota. Shota pun tampak senang sambil menjulurkan lidahnya. Lalu aku lihat Pak Riyadi seperti teringat sesuatu.

"Eh, kalian tunggu sebentar, ya," kata Pak Riyadi sambil memutar langkah cepat kembali ke dalam rumah.

Lihat selengkapnya