Satu hal bodoh yang Yasmin lakukan, ialah mencintai lelaki yang tidak pantas untuknya. Kalimat Sarah membuat ia sadar bahwa kedekatannya dengan Adrian, bagai langit dan bumi. Adrian lebih pantas mendapatkan wanita yang sederajat dengan keluarganya.
Perbedaan status sosial dan latar belakang keluarga mereka membuat Yasmin merasa kehilangan percaya diri dan rendah di hadapan Sarah.
Namun hal itu tak bisa ia cegah, sebab cintanya kepada Adrian begitu tulus dan kuat. Sungguh, ia tak dapat menyangkal perasaannya sendiri, sampai detik ini.
Kini, satu pesan sang Ayah mulai ia ingat. Bahwa menyisakan ruang kecewa, itu nyata!
Sementara, Adrian tak gentar untuk mempertahankan rasa suka dan cintanya terhadap Yasmin. Ia tak peduli dengan status sosial dan latar belakang mereka, juga permintaan Sarah untuk mengakhiri hubungan mereka.
Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, Adrian masih kuat dengan pendiriannya. Hingga detik ini, Ia kembali berkunjung ke rumah Yasmin sambil membawa setangkai bunga mawar sebagai permohonan maaf atas Ibunya.
Adrian menunggu beberapa saat, kemudian pintu rumah terbuka oleh Yasmin sendiri. Seperti biasa, wanita itu mengenakan balutan kemeja putih dengan tas slingbag nampak bersiap tuk berangkat ke kedai kopi.
Awalnya, Yasmin terkejut melihat kedatangan Adrian esok harinya pasca undangan makan malam itu. Namun, kali ini, rasanya sudah biasa. Ia mengambil buket bunga itu dan dibuangnya ke tempat sampah yang sudah penuh oleh sekumpulan tangkai mawar sebelumnya yang sudah layu bahkan mengering.
Dan, Adrian pun bereaksi sama seolah sudah menebak apa yang akan dilakukan Yasmin. Ia tidak terkejut, tidak marah, dan tidak kecewa. Adrian hanya menatap Yasmin dengan penuh permohonan. "Aku tidak akan menyerah."
Yasmin berpaling dan mulai melangkah.
"Aku tahu kamu sebenarnya gak tega melakukan ini padaku kan, Yasmin!" Seru Adrian dengan nada setengah meninggi sesaat wanita itu mulai menjauh. "Aku tahu kamu punya perasaan yang sama. Iya, kan?"
Langkah Yasmin berhenti di tempatnya, tapi Ia masih membelakangi Adrian.
"Aku bisa melihatnya di mata kamu." Lanjut Adrian. "Aku gak akan menyerah, Yasmin."
Kelopak mata Yasmin berkaca dan sesuatu menggenang di sana. Sungguh, Ia lelah membohongi perasaannya sendiri. Namun, luka yang Sarah torehkan masih terasa sakit bahkan ucapan-ucapan wanita itu masih terngiang di telinganya.
Yasmin merasa ragu dan takut untuk membuka diri lagi, karena ia tidak ingin kembali terluka. Namun, Adrian tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk membuat Yasmin percaya bahwa cintanya adalah tulus dan kuat. Kemudian, Ia berjalan mendekati Yasmin dengan langkah yang perlahan dan penuh kehati-hatian. "Aku tidak akan menyakiti kamu, Yasmin," kata Adrian dengan suara yang penuh keyakinan. "Aku akan selalu melindungi kamu, aku akan selalu mencintai kamu. Aku tidak peduli dengan semua ucapan Ibuku, karena yang aku perjuangkan adalah kamu."
Perlahan, Yasmin merasa hatinya tergerak oleh kata-kata Adrian. Ia merasa bahwa Adrian benar-benar mencintainya dan tidak akan menyakitinya.
"Aku mau memperjuangkan kamu. Gak peduli apa yang terjadi nanti." Kata Adrian. "Yasmin. Beri aku kesempatan untuk membuktikan semua itu padamu."
Yasmin merasa hatinya meleleh dan perasaannya mulai berubah. Ia berbalik dan menatap Adrian yang nampak begitu dekat dengannya. Ia melihat ke dalam hati Adrian dan mendapati kesungguhan atas ucapannya. "Ma-Mas."