BUKAN PILIHAN

essa amalia khairina
Chapter #8

KETEGUHAN HATI

Hari minggu ini, Adrian datang ke rumah Yasmin dan mengajak Yasmin pergi ke suatu tempat.


Yasmin merasa senang dan penasaran. Apalagi ketika ia tahu bahwa Adrian mengajaknya pergi ke sebuah kebun teh yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Yasmin sangat gembira apalagi dengan aroma teh yang harum. Meski, wajahnya berusaha keras menutupi kesedihannya terhadap perlakuan Sarah kemarin-kemarin, namun nampaknya Ia seolah tak gentar untuk menyerah dalam mempertahankan hubungan tanpa restu ini.


Ya. Yasmin tak ingin membuat Adrian curiga apalagi sedih atas luka yang dirasakannya. Apalagi, Ia tak ingin Adrian bertengkar dengan Ibunya jika Ia tahu apa yang terjadi kemarin di kedai kopi.


Adrian. Lelaki yang mengenakan kemeja flanel biru dengan kaus berwarna senada itu segera menangkap foto Yasmin dengan kameranya. Alhasil, beberapa wajah cantik Yasmin berhasil tertangkap oleh lensa kameranya.


Yasmin tertawa dan sedikit merasa malu ketika lelaki itu menangkap fotonya dengan berbagai macam ekspresi dengan spontan dan sangat alami. "Hapus yang ini!" Protesnya menunjuk ke arah wajahnya yang seperti belum siap tertangkap kamera.


"Kenapa? Ini cantik!"


"Kamu ejek aku, Mas?!"


"Enggak! Ini beneran cantik, lho!"


"Aku mau kamu hapus, Mas!"


Adrian menggeleng tegas. "Enggak!"


"Mas!" Yasmin dengan sigap mencubit perut Adrian yang menertawakannya sambil sesekali meringis kesakitan dan berusaha untuk menghindari cubitan Yasmin dengan gesit.


Setelah beberapa saat, Adrian akhirnya mengalah dan menghapus foto yang Yasmin minta untuk dihapus. "Baiklah, aku akan menghapusnya," Katanya dengan senyum dan mata yang penuh perhatian.


Yasmin tertawa dan merasa lega karena Adrian telah menghapus foto yang tidak diinginkannya. "Terima kasih, Mas Adrian." Katanya dengan senyum. "Terima kasih karena kamu telah membuktikannya padaku untuk memperjuangkan hubungan ini."

Terlintas, kalimat-kalimat Sarah yang menyayat hatinya, membuat air matanya perlahan menetes membasahi wajah.


"Yasmin. Ka-Kamu kenapa menangis? Hey!" Adrian memandang Yasmin khawatir. "A-Apa aku menyakitimu?"


Lihat selengkapnya