Pagi-pagi sekali, ada seseorang bertamu dan mengetuk pintu rumahnya. Yasmin segera bergerak dari kamar menuju ruang tamu untuk membuka pintu.
Kemudian, Yasmin membuka pintu dan terkejut melihat Sarah ada di hadapannya. Tapi kali ini, bersama dua orang pria berbadan kekar dan kuat di samping kiri dan kanannya layaknya bodyguard.
Mereka berdua adalah orang suruhan Sarah yang sengaja dibawa untuk mengintimidasi Yasmin.
"Ta-Tante mau apa?" Tanya Yasmin gugup dan ketakutan.
"Saya mau... Tinggalkan Adrian." Tegas Sarah.
Yasmin semakin tak percaya bahwa Sarah begitu ingin menjauhkan dirinya dari Adrian dengan berbagai cara yang wanita itu inginkan. "Ma-Maaf, Tante. Saya tidak bisa meninggalkan Mas Adrian. Kami berdua saling memcintai."
Sarah mendesis pahit dan berpaling. Seolah tak di milikinya lagi tingkat kesabaran, ia bertepuk tangan seolah memberikan isyarat kepada dua pria itu masuk ke dalam rumah Yasmin dan mengobrak-abrik isi barang di dalamnya.
"Tante, apa yang Tante lakukan?!" Kata Yasmin dengan keterkejutannya.
"Kalau kamu tidak suka cara lembut, mungkin dengan cara ini kamu akan pergi dari kehidupan Adrian!" Tandas Sarah sambil mematung di ambang pintu melihat dua orang suruhannya itu merusak segala isi barang di dalam rumah sederhana itu dan nampak kumuh yang ia nilai.
Sementara, Yasmin begitu sangat ketakutan. Mulai dari gelas, fotonya bersama sang Ayah, bahkan meja dan kursi yang ada di rumahnya pun tak luput dari kehancuran. Ia merasa sedang mimpi buruk. "Tante tolong berhenti, ini gak adil!" Katanya dengan nada gemetar, di sela-sela ia berteriak mencoba menghentikan kekacauan ini.
Sarah menepuk kedua tangannya dan membuat dua pria itu menghentikan aksinya dan kembali berjalan menuju Sarah.
"Ini belum seberapa, Yasmin." Ucap Sarah dengan mata mengancam. "Kamu belum tahu selanjutnya kalau tetap tinggal bersama Adrian. PAHAM?!"
Yasmin meneteskan air mata ketakutannya. Ia segera menutup pintu usai mereka pergi hingga menghilang dari pandangan. Kedua kaki Yasmin melemas seolah tak di milikinya benteng kekuatan diri melihat kondisi rumahnya yang lebih dari kapal pecah. Kalau Ayah tahu hal ini, mungkin pria itu akan ikut merasa sedih. Adrian yang mungkin di rasa akan membuat putrinya bahagia, justru perlahan membawa ia ke dalam jurang penderitaan.
Setengah jam Yasmin dalam kesedihan dan rasa suwung yang membelenggu, sebuah ketukan pintu terdengar lagi. Sekujur tubuh Yasmin gemetar lagi, ia merasa dirinya terbalut oleh rasa trauma...
"Yasmin?!"
Mendengar suara itu, Yasmin berdiri dan berbalik membuka pintu. Sementara, wajah Adrian yang lembut menyapa, mendadak ikut terkejut melihat setiap sudut rumahnya.
"Ya-Yasmin. Apa yang terjadi?"
Yasmin tak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis dan memeluk Adrian dengan erat.
"Aku ada di sini." Lirih Adrian menenangkan. "Apa yang terjadi?"
****
Langkah Adrian sangat kuat dan gegas, saat ia beringsut turun dari mobilnya yang terparkir sembarang di pelataran rumah.
Adrian membuka pintu rumahnya dan mendapati Sarah sedang berbincang dengan dua orang suruhannya. "Cukup, Maaa!" Serunya membuat mereka terkejut. Adrian bergerak menghampiri, lebih dekat. "Apa Mama tahu apa yang sudah Mama lakukan itu sangat keterlaluan dan membuat Yasmin menderita juga trauma!"
Sarah beranjak dari sofa. Ia berjalan mendekati Adrian sambil menatap anaknya lurus. "Mama hanya ingin kamu bahagia, Adrian. Mama merasa kamu akan menyesal dengan pilihan kamu."
Adrian mendesis. "Aku gak ngerti dengan cara pikir Mama. Mama ingin buat aku bahagia dengan menghancurkan Yasmin, iya?!"
Sarah mengangguk. "Ini belum seberapa. Mama akan menghancurkan gadis rendah itu bahkan..."
Adrian menyipitkan matanya yang tajam.