Mula-mula, Yasmin mengedipkan bola matanya. Ia memandang sekitar dan melihat bahwa ia berada di sebuah kamar rumah sakit.
Ia merasa tubuhnya dingin dan lemah, menggerakkan anggotanya tubuhnya begitu terasa sangat berat. Ia ingin tetap berbaring di tempat tidur ranjang pasien. Namun, saat terlintas dibenaknya mengenai kondisi Adrian terakhir kali membuat Ia harus berusaha bangun mencari keberadaan lelaki tersebut.
Yasmin berusaha untuk memanggil perawat, namun suaranya masih belum keluar. Ia kemudian berjalan dengan gontai dan memandang sekitar dengan mata yang penuh harapan.
Pelan namun pasti, Yasmin berhasil keluar dari pintu kamar pasien dan mulai menelusuri koridor rumah sakit. Ia melihat beberapa apain berlalu-lalang, tapi Ia tidak melihat Adrian.
"Pe-Permisi, suster." Sapa Yasmin saat seorang wanita berpakaian perawat hendak berjalan melewatinya.
Perawat itu memandan Yasmin dengan penuh simpati. "Bu-Bu Yasmin pasien kecelakaan tadi. Bagaimana anda bisa..."
"Suster, saya sedang mencari Adrian pacar saya. Bagaimana keadaannya? Dimana dia sekarang?"
"Menurut dokter, pasien masih dalam keadaan kritis di ruang ICU. Tapi anda..."
"Baik, suster. Terima kasih." Angguk Yasmin berpaling pergi dengan langkah yang sangat berat sambil menahan semua rasa sakit di tubuhnya.
Yasmin memandang ke setiap penjuru mrncari ruang yang di maksud perawat. Hingga, dirinya sudah berada di ujung koridor dan melihat papan yang tertempel pada dinding yang bertuliskan ruang ICU dengan simbol panah yang mengarah ke arah kanan, membuat geraknya segera menuju kesana.
Langkah Yasmin semakin yakin bahwa Adrian ada di sana. Hatinya berdebar-debar, berharap bahwa kondisi Adrian hanya masa krisis dan masih bisa diselamatkan.
Setelah melewati beberapa ruangan, langkah gegas Yasmin mendadak melambat dan melemas. Bukan karena rasa sakit yang Ia tahan, kini membuatnya menyerah. Melainkan...
Plaaaak!
Sebuah tamparan hebat berhasil mendarat di pipi Yasmin, pada saat Sarah yang mematung di depan pintu ruang ICU, menoleh ke arah Yasmin lalu mendekatinya.