Setelah beberapa hari di rawat, dokter memutuskan Yasmin untuk pulang.
Luka-luka di tubuhnya sudah di rasa sembuh. Namun, satu hal yang masih membelenggu luka di hatinya, ialah Adrian.
Sehari setelah Sarah mengusir Yasmin di depan pintu kamar Adrian di rawat, esoknya dan hari-hari selanjutnya Sarah melakukan yang sama. Tak sedikitpun rasa empati Sarah memberikan Yasmin kesempatan untuk melihat kondisi Adrian.
Hanya pernyataan pahit yang mungkin akan kembali diterima olehnya. Ya. Mungkin ini adalah yang terakhir kalinya ia lakukan sebelum ia meninggalkan rumah sakit. Namun dari kejauhan, gerak Yasmin terhenti di tempatnya.
Tidak ada Sarah di sana. Apa Adrian telah sembuh dari koma? Apa Ia sudah pulang? Yasmin merasa bingung dan penasaran.
Yasmin kemudian berjalan lebih dekat menuju ruang ICU. Di saat yang sama, seorang perawat keluar dari ruangan tersebut. "Permisi, suster."
"Ya?"
"Maaf, saya mau tanya. Apa pasien bernama Adrian masih ada di ruang ICU?"
Perawat itu menggeleng. "Pasien bernama Adrian di pindahkan ke rumah sakit lain atas rujukan dokter."
Yasmin membelalakkan bola matanya. "Ke-Kenapa, Sus? Kok bisa... ma-maksud saya... kondisi pasien kan belum pulih dari koma."
"Maaf. Saya tidak bisa memberikan informasi lebih lanjut, Bu. Yang saya tahu hanya pasien bernama Adrian dipindahkan ke rumah sakit lain atas rujukan dokter. Beliau sudah di pindahkan malam tadi." Ulang perawat itu, membuat Yasmin membisu. "Maaf, kalau begitu saya permisi dulu."
Yasmin seolah tak memperdulikan perawat itu pergi meninggalkannya kemudian. Ia harus mengetahui kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Adrian.
Ya. Yasmin memutuskan untuk menuju ke rumah Adrian, sebelum Ia kembali pulang.
****