BUKAN PILIHAN

essa amalia khairina
Chapter #13

PENAWARAN

Papa menjodohkan kamu dengan anak teman Papa. 


Sebuah ring seolah menjadi saksi kegelisahannya oleh pernyataan sang Ayah yang masih terngiang-ngiang di telinganya. 


"Perjodohan?!" Revandra mendesis pahit sembari terus meninju sebuah samsak. "Ini gak boleh terjadi!" Katanya meninju lagi bantalan berwarna merah tua itu.


Revandra terus meninju bantalan dengan emosi yang memuncak. Ia merasa bahwa perjodohan itu tidak adil dan tidak sesuai keinginannya. Ia ingin memilih pasangannya sendiri, bukan yang di pilihkan oleh orang lain, sekalipun Ayahnya sendiri. Terlebih, di usianya menurut Revandra masih ingin menikmati masa mudanya. 


Namun, usia dua puluh tujuh tahun ialah usia yang sudah sangat matang untuk menjalani bahtera kehidupan rumah tangga. Begitu kata sang Ayah usai dirinya adu debat bersama. 


Sungguh, saat ini Revandra belum siap tuk memiliki tanggung jawab yang besar. "Apa yang dia pikirkan?!" Katanya berbicara sendiri dengan nada kesal. "Yang di pedulikan hanya kebahagiaannya, bukan anaknya! Sialan!"


Revandra berhenti meninju bantalan dan berdiri tegak, menarik napas dalam-dalam dengan keringat yang perlahan membasahi sekujur tubuhnya yang nampak atletis sempurna. 


Ia merasa bahwa emosinya sudah mulai mereda, namun masih ada perasaan kesal dan tidak puas yang mengendap di dalam hatinya. Di saat yang sama, ia bergerak ke luar dari ring saat mendengar suara ponselnya bergetar di atas meja.


Revandra mengambil handuk dan mengelap dadanya yang bidang sambil menempelkan ponselnya ke daun telinga. "Halo, Bro?!"


"Lo dimana?"


Revandra mendesis. "Biasa."


Terdengar suara tawa dari luar sana. "Belum puas lo mikirin soal perjodohan bokap lo yang gak kelar-kelar dan lampiasin ke samsak tinju lo?"


"Sial. Lo bisanya ngejek gue!"


"Tenang, man... Justru gue nelpon lo karena gue punya solusi buat lo."


Revandra duduk di sebuah kursi yang ada di dekat meja, menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Apaan?"


"Gue punya rencana supaya bokap lo batalin perjodohan."


Revandra merasa penasaran dan ingin tahu lebih lanjut tentang rencana temannya. 


"Tapi, gue gak bisa ngomong di telepon. Kita ketemu langsung."


"Kenapa, emangnya? Di bar biasa?"


"Kedai kopi."


Revandra mengernyitkan, sebelah alisnya. "Tongkrongan lo turun level, sekarang?!"


"Van, gue serius!"


Lihat selengkapnya