BUKAN PILIHAN

essa amalia khairina
Chapter #15

HITAM DI ATAS PUTIH

Hati Yasmin melega saat dokter mengatakan kondisi Ayahnya dapat di selamatkan dan operasi berjalan dengan lancar usai Revandra telah mentransfer sejumlah uang yang dibutuhkan pihak rumah sakit.


Yasmin merasa bebannya telah ringan saat sang Ayah telah dipindahkan dari ruang ICU menuju kamar inap. Namun, batinnya tak sepenuhnya bebas dan terlepas.


Perjalanan belum berakhir. Kini, giliran Yasmin untuk membayar semua keselamatan Ayahnya, dan harga itu adalah menjadi istri Revandra. Lelaki asing yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.


Sesuai perjanjian. Dengan berat hati, Yasmin menerima tawaran itu meski hatinya sangatlah enggan tuk menerima kenyataan ini. Meski, ia sadar bahwa kehidupannya akan berubah drastis ketika ia telah menikah dengan lelaki yang ternyata memiliki kehidupan yang serba berkecukupan bahkan lebih dari apa yang dipikirkannya tersebut, namun bukan itu yang Yasmin harapkan. Sungguh, ia masih mencintai Adrian, ia belum bisa melupakan kekasihnya yang berhasil membuat ia jatuh cinta untuk kali pertama. Bahkan kini, kehadiran Adrian adalah harapan terpenting sampai saat ini.


"Ayah." Gumam Yasmin menatap Lukman yang masih terbaring lemas di atas ranjang pasien. "Aku senang Ayah akhirnya selamat."


Lukman mengedipkan bola matanya. Ia mendengar suara lembut dan rapuh itu, lalu menoleh ke sumber suara yang ada di sampingnya. "Ya-Yasmin..."


Secercah senyum kebahagiaan sementara Yasmin muncul di wajahnya. "Ayah, bangun." Katanya. "Kata dokter, Ayah jangan dulu banyak gerak."


"Yasmin, apa yang sebenarnya terjadi pada Ayah selama ini?" Tanya Lukman dengan suara berat. "Dimana Ayah, sekarang?"


"Ayah... Apa Ayah ingat saat Ayah jatuh di kamar waktu itu?" Kata Yasmin dengan pelan. Membuat Lukman, hanya mengangguk lemas. "Pak Arman dan beberapa warga lainnya membawa Ayah ke rumah sakit."


Bola mata Yasmin berkaca saat menceritakan segala kisahnya yang terjadi padanya dan di alami sang Ayah selama koma di rumah sakit. Dan, Lukman sendiri tak menyangka dengan kondisinya yang ternyata sangat parah ia tidak tahu apa yang harus dikatakan, ia hanya bisa memandang Yasmin dengan rasa sedih dan bersyukur.


Lukman berpaling menatap lelaki yang sedari tadi mematung diri di belakang Yasmin dan telah menjadi pendengar dan saksi atas percakapan di antara mereka. "Yasmin, ini..."


"Saya, Revandra Cakra Dimas." Sela Revan sambil mengulurkan tangan ke arah Lukman. "Om bisa panggil saya Revan."


Lukman berpaling menatap Yasmin lagi. "Yasmin... Siapa lelaki ini?"


"Ayah, Mas Revan yang sudah membantu Ayah atas biaya operasi." Yasmin tertelan. "Dan dia juga..."


Yasmin mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Dia..."


Lihat selengkapnya