Bukan Rumah untuk Pulang

Naa Ruby
Chapter #2

Pulang

"Icha, kamu kapan pulang? Jangan kelamaan di rumah orang! Reuni aja, kok, sampai berhari-hari!" Suara Tante Venty serasa menusuk telinga Icha. Selalu saja begitu.

"Berhari-hari gimana, sih, Tante? Kan, Icha baru pergi tadi pagi." Icha mencoba bersikap halus dan tetap sopan.

"Tapi kamu nginep, kan? Besok langsung pulang! Pagi-pagi kamu udah harus pamit! Kalau bisa malam ini juga kamu pulang. Gak ada yang bantuin Tante, loh, di rumah, ini!" Semakin lama, ucapan Tante Venty semakin membuat Icha kesal saja rasanya.

"Ya gak mungkin malam ini juga, dong, Tante. Ini pedesaan! Tante pengin Icha celaka?" sergah Icha. Tak ada sahutan. Sepertinya Tante Venty sedang berpikir.

"Ya udah, besok pagi aja kamu pulangnya. Tapi ingat, jangan kelamaan!"

Icha memejamkan mata menahan geram.

"Iya tant--" Belum sempat Icha menyelesaikan kalimatnya, panggilan teputus! Icha sungguh tercekat. Perlahan ia menurunkan ponselnya. Lalu memandangi ponsel itu lama, termenung. Mengapa sikap tantenya itu begitu sinis padanya? Padahal, Tante Venty mempunyai dua anak perempuan yang jelas-jelas bisa membantunya kapan pun. Tapi mengapa justru dirinya yang seakan dikekang dan dikurung di rumah itu? Apa karena dia hanya menumpang? Icha merasa amat sedih.

"Icha." Panggilan Andri seketika mengagetkan Icha. Dia lupa kalau dirinya masih bersama Andri di teras.

"Kamu gak apa-apa, Cha?" tanya Andri. Raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Icha hanya menggeleng, dan tersenyum lemah. Andri tampak hendak mengatakan sesuatu saat mereka melihat Angga dan Azhar tiba-tiba muncul dari arah pintu samping rumah.

"Ya udah, Cha. Aku mau ke dalam dulu, ya. Mau cek barang-barang di kamar." Andri terlihat terburu-buru pergi dari tempat itu. Itulah, yang membuat dominasi di antara mereka kian kentara. Sikap Andri dan anak-anak lain yang bukan bagian dari top 10 amat berbeda. Semua lulusan kelas unggulan itu berteman, namun perbedaan di antara mereka sungguh terasa. Icha sebenarnya tidak suka Andri bersikap begitu. Tapi saat itu pikirannya sedang kalut. Ia tidak mampu mencegah Andri.

"Halo, Baby," sapa Angga kemudian duduk di samping Icha.

"Ga, cokelatmu udah diminum Andri. Tadi katanya kamu lagi nonton bola. Mau aku bikinin yang baru?" tanya Icha menawarkan.

"Gak usah, Cha. Nanti aku bikin sendiri aja. Eh, kamu dicariin, nih, sama Azhar," ujar Angga seraya menaik-turunkan alisnya, tanda ia sedang menggoda Icha. Tapi yang digoda lempeng saja.

"Ada apa, Zar?" Icha beralih bertanya pada Azhar.

"Mestinya aku yang tanya. Kamu kenapa? Wajahmu suntuk banget." Azhar balik bertanya. Ia duduk bersila di hadapan Icha, di tempat Andri duduk sebelumnya.

"Aku harus pulang besok pagi," jawab Icha lesu.

"Loh, kok, buru-buru banget? Padahal besok anak-anak, kan, mau jalan-jalan, Cha." Angga bergerak lebih dekat pada Icha. Ia penasaran mengapa Icha ingin buru-buru pulang.

"Tante Venty suruh aku cepat-cepat pulang. Katanya gak ada yang bantuin urus rumah," jawab Icha lagi. Ia benar-benar kehilangan semangat. Ia sangat ingin menghabiskan liburan semester ini bersama teman-temannya. Tapi Tante Venty tidak pernah membiarkannya bersenang-senang barang sebentar.

Lihat selengkapnya