Kak Awan sudah berjalan menuju tempat Azhar dan si perempuan berada. Icha bingung. Jika ia membiarkan Kak Awan sampai bertemu dengan Azhar, semuanya bisa runyam. Tapi jika ia menyusul, otomatis ia juga akan bertatap muka dengan Azhar. Ia belum siap.
Tapi apapun itu, Icha merasa ia tidak bisa membiarkan Kak Awan melakukan apa yang dia mau. Icha pun menyusul Kak Awan. Tak peduli jika nanti ia harus berhadapan dengan Azhar. Ia hanya harus bersikap senormal mungkin.
Kak Awan sudah benar-benar mulai berbicara pada Azhar saat Icha berhasil menyusul. Karena Azhar dan si perempuan sudah berdiri berhadapan dengan Kak Awan.
"Kak," ucap Icha saat ia baru sampai di hadapan mereka bertiga. Icha benar-benar berusaha membuat ekspresi wajahnya normal-normal saja.
"Oh iya. Azhar, Arin, kenalin! Ini Icha. Dia anak buah andalanku kemarin waktu aku masih jadi ketua. Dia pegang koordinator news project. Jadi hampir semua seluk beluk event dia tau."
Icha tersenyum memaksa. Jadi nama perempuan ini Arin?
"Iya tau, kok. Aku sama Icha, kan, satu sekolah dulu," balas Azhar menatap Icha, tersenyum. Icha justru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Oh ... jadi dulu kalian satu sekolah? Aku baru tau kalau kalian saling kenal. Tau gitu, kan, aku sering ajak Icha aja main-main di Prodi kalian dulu." Kak Awan tertawa. Bagus sekali akting Kak Awan. Jelas-jelas dia tau kalau Icha mengenal Azhar. Justru Icha yang baru tau kalau mereka berdua sudah saling kenal.
"Kalau gitu, ayo main ke basecamp, Kak." Arin, yang sedari tadi diam akhirnya bicara. Gaya bicaranya anggun. Wajahnya juga cantik. Pantas saja Azhar lebih suka dia, dibanding Icha yang terkesan dingin.
"Ah, kalian ini udah kayak pasutri aja. Mirip aku sama Dila." Lagi-lagi Kak Awan tertawa, membuat Icha meliriknya tajam. Apa maksudnya berbicara begitu? Enak saja bilang Azhar dan Arin seperti pasutri. Icha tidak terima!
"Lain kali lah, aku main-main ke sana lagi. Kalian jaga baik-baik himpunan kalian. Kalau ada apa-apa, hubungi aku aja. Aku masih ada urusan lain sama Icha. Kami balik dulu, ya," lanjut Kak Awan yang sekaligus berpamitan.
"Emmm ... Icha," panggil Azhar saat Icha dan Kak Awan sudah berbalik. Mereka berdua pun berbalik kembali.
"Kata anak-anak Ilham mau nikah..." Azhar berucap sedikit menggantung.
"Aku udah tau, kok. Tadi Afif yang telepon aku," balas Icha.
"Oh, gitu. Kalau nanti ke acaranya kamu bareng aku, gimana?"
"Liat nanti aja deh, Zar. Aku juga belum izin sama Tante Venty."
"Oh ... ya udah." Azhar tampak sedikit salah tingkah, namun Icha tak menghiraukannya. Ia berbalik lalu berjalan ke tempat motor Kak Awan. Tanpa banyak bicara, Kak Awan menjalankan motornya lalu pergi.