Bukan Rumah untuk Pulang

Naa Ruby
Chapter #9

Dominasi Itu Lagi

Hari pernikahan Ilham pun tiba. Icha berangkat dari rumah Tante Venty dengan ransel besarnya. Ia benar-benar sudah menyiapkan diri untuk berlibur di rumah ayahnya. Ah, seharusnya rumah ayahnya menjadi tempat untuk ia pulang, bukan hanya berlibur. Dari rumah Tante Venty Icha tak langsung ke tempat acara pernikahan. Ia pergi ke rumah Fitri dahulu untuk menitipkan tasnya dan juga untuk bersiap ke rumah Ilham. Ia akan pergi bersama Fitri.

Sebenarnya beberapa kali Icha diminta Azhar untuk pergi bersamanya agar gadis itu tak perlu pergi sendiri. Namun Icha menolak. Dengan alasan dia akan diantar kakak sepupunya, padahal tidak. Ia tidak ingin berurusan dengan Azhar lagi. Selain karena ia belum ingin memikirkan hal-hal yang berbau perasaan, ia juga tidak mau berhubungan dengan orang yang peragu. Ya, menurutnya Azhar adalah laki-laki yang peragu.

Sampai di tempat acara, Icha dan Fitri disambut dengan dentuman musik dari sound system besar seperti umumnya pada acara pernikahan. Acara digelar di halaman rumah Ilham yang luas. Acaranya terbilang sederhana namun meriah. Karena memang acara kali ini adalah ngunduh mantu, atau acara yang diadakan oleh pihak keluarga mempelai pria.

"Cha! Itu Ilham!" Fitri bersuara kencang karena harus bersaing dengan suara musik. Gadis berambut ikal itu melambai-lambai ke arah Ilham dari kursi tamu. Tak disangka Ilham juga melambaikan tangan penuh semangat ke arah Fitri dan Icha. Ya ampun! Apa dia lupa kalau sedang menjadi pengantin?

"Udahan dadah-dadahnya! Makan, yuk!" tiba-tiba dari belakang dua gadis itu seseorang menegur, Angga. Bersama teman-teman mereka yang lain. Ternyata teman-teman mereka sudah datang. Tempat acara pun hampir penuh karena kedatangan mereka. Suasana semakin meriah. Sementara yang lain mengerubungi meja prasmanan, Icha masih anteng di kursinya.

"Hey, Baby!" Ternyata Angga. "Aku kangen, Cha, sama kamu. Selama ini kamu gak pernah benar-benar respon teleponku." Angga memasang wajah sedih.

"Habis, obrolanmu gak penting," balas Icha cuek.

"Yang soal Azhar penting, lho, Cha. Tapi kamu gak pernah mau respon." Angga masih memasang wajah sedih.

"Tapi aku gak mau ngomongin soal itu, Ga!" Icha menatap Angga. "Kamu harus kenal Arin, cewek yang lagi dekat sama Azhar. Dia anggun dan cantik. Kamu juga pasti tertarik kalau lihat dia. Menurutku Azhar lebih baik kalau sama perempuan itu," lanjut Icha masih menatap Angga. Namun sebenarnya tatapannya kosong. Diberi penjelasan begitu Angga menggeleng.

"Itu bukan dari hati kamu." Laki-laki jangkung itu kemudian bangkit. Menarik tangan Icha agar turut bangkit juga.

"Ga! Mau ke mana?" Icha manahan tangannya yang ditarik Angga.

"Kamu gak mau makan?" Tanpa menunggu respon Icha, Angga kembali menarik tangan gadis itu.

Sampai di meja tempat banyak makanan berjajar, Icha justru kehilangan selera makannya. Ia melihat sekeliling, dan kemudian matanya tertambat pada satu freezer box yang tentunya beirisi beragam es krim di dalamnya. Ia tersenyum senang. Segera ia menghampiri freezer box itu dan mengambil satu cup es krim yang ia suka dari dalamnya. Memakan ini akan membuat pikiran dan perasaannya membaik.

Saat akan kembali ke kursi tamu, Icha melihat Andri, Yani, dan Rizky sedang makan dan mengobrol, dan sepertinya seru. Icha pun menghampiri mereka.

"Hai, boleh gabung, gak?" tanya Icha dengan satu cup es krim terangkat di tangannya.

"Hai, Cha! Boleh, dong. Sini duduk." Dengan sigap Yani menggeser satu kursi kosong ke sampingnya. Icha pun duduk di antara Yani dan Andri.

"Kamu gak makan, Cha? Kok cuma ambil es krim?" Andri yang ada di sampingnya bertanya. Suasana sedikit kikuk saat Icha datang. Dan ia tau apa sebabnya. Apalagi kalau bukan karena Icha adalah anggota top 10, sementara mereka bukan.

"Lagi gak pengin makan," jawab Icha singkat lalu menyuapkan es krim ke mulutnya.

Lihat selengkapnya