Bukan Rumah untuk Pulang

Naa Ruby
Chapter #13

Surat

Apa yang sudah terjadi? Mengapa semua barang di rumah ini berantakan? Pintu-pintu lemari terbuka, menampakkan semua isinya yang sudah terserak keluar. Pecahan beling dari vas, toples dan benda-benda yang sebelumnya dipajang juga ada di mana-mana. Posisi kursi, meja, semuanya sudah tak pada tempatnya, bahkan beberapa terguling.

Apa yang sudah terjadi? Apa rumahnya habis kemalingan? Siang-siang begini? Icha melangkah perlahan. Menghindari pecahan beling yang berserakan di lantai.

"Ayah...." Lirih Icha memanggil ayahnya. Ia takut. Bagaimana jika rumahnya benar-benar dimasuki maling? Apa ayahnya selamat? Di mana ayahnya?

Pintu kamar ayah Icha terbuka. Ayahnya tampak keluar dari kamar itu. Icha senang, ayahnya selamat! Tak ada hal buruk yang terjadi pada ayahnya. Ia ingin berlari ke arah ayahnya. Namun tidak mungkin, ia harus melangkah perlahan untuk menghindari pecahan beling.

"Kamu udah pulang? Langsung ke kamar, gih. Istirahat," ujar Ayah Icha, masih berdiri di depan pintu.

"Ayah, ini ... kenapa?" Icha menunjuk kondisi ruangan yang seperti habis terkena gempa bumi.

"Gak apa-apa, abis ini Ayah beresin." Tidak apa-apa? Apa maksudnya? Rumahnya menjadi begini dan ayahnya bilang tidak apa-apa?

"Tapi, Yah ... Ayah kenapa?" tanya Icha setelah manyadari bahwa sesuatu bukan hanya terjadi pada rumahnya, tapi juga ayahnya. Lihat saja, pakaian ayahnya lusuh sekali. Begitu pun wajah dan rambutnya, kusut.

"Gak apa-apa, Cha. Udah sana masuk kamar." Ekspresi wajah ayahnya sulit sekali dibaca Icha.

"Ayah mau Icha bantuin beresin ini semua?" Icha bertanya hati-hati.

"Gak perlu, Sayang. Udah, sana istirahat, masuk kamar."

Setelah terdiam beberapa saat, Icha pun melangkah menuju kamarnya. Masih dengan hati dan pikirannya yang bingung.

Di kamarnya, Icha merenung. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kalau rumahnya habis kemalingan kenapa ayahnya tidak tampak panik? Kenapa justru, ah, Icha bahkan tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan ayahnya. Seumur-umur, Icha tidak pernah mendapati rumahnya seberantakan itu. Apa yang sudah terjadi? Apa yang terjadi selama Icha di tempat kos Fitri? Icha memejamkan matanya. Ia hanya bisa berdoa semoga ucapan ayahnya benar, tidak ada apa-apa. Tidak ada masalah yang terjadi.

Icha mengantuk. Ia ingin tidur. Namun samar-samar ia mendengar suara-suara berisik dari luar kamarnya. Tepatnya dari ruang tengah. Icha pun bangkit. Ia keluar dari kamarnya untuk memastikan suara-suara yang telah membuatnya urung untuk tidur. Dari depan pintu kamarnya, Icha bisa melihat ayah dan ibunya, ah, istri ayahnya, berdiri berhadapan. Ada beberapa tas belanjaan di tangan istri ayahnya. Wanita itu berdiri tegak seolah ingin menantang ayahnya. Icha buru-buru masuk ke kamarnya lagi. Ia menyisakan sedikit celah di pintu kamar untuk mengintip.

"Sudah? Sudah kamu habiskan semua uangku?" Icha bisa mendengar dengan jelas ucapan ayahnya yang terdengar sangat ketus. Apa benar itu ayahnya yang bicara? Jantung Icha berdetak cepat.

"Baru begini saja kamu sudah perhitungan. Coba kalau buat anak kamu itu, selalu kamu manjakan!" Siapa yang wanita itu maksud? Icha?

"Memangnya aku pernah suruh Icha belanja sebanyak ini? Anak-anakku tidak serakah seperti kamu dan keluargamu!"

"Berani-beraninya kamu bawa-bawa keluargaku!"

Lihat selengkapnya