Angga mengetuk pintu rumahnya sembari terus memanggil Mamanya.
"Tumben pakai ketuk pintu. Biasanya juga langsung masuk," protes Icha tidak mengerti.
"Kejutan buat Mama. Soalnya aku bawa kamu. Dia pasti senang banget." Angga tersenyum senang dan terus mengetuk pintu dan memanggil Mamanya sampai pintu itu terbuka...
"Angga...! Ngapain ketuk-ketuk pintu gitu, sih? Mama, kan--" Wanita paruh baya yang baru saja membuka pintu itu tercekat saat melihat Icha berdiri di hadapannya. "Astaga! Icha ... anak perempuan Mama..." Wanita itu lalu memeluk Icha erat.
"Ehm, Angga aja gak pernah kayaknya dipeluk begitu." Angga mencoba menyela aksi temu kangen antara mamanya dan Icha. Ia bersedekap dan bersandar di dinding.
"Ah kamu, kan, anak cowok, Ga. Masa masih dipeluk-peluk?" Mama Angga kembali menatap Icha yang baru saja menjulurkan lidah pada Angga, mengejek. "Kamu, kok, gak pernah ke sini lagi, sih?" tanya Mama Angga terus menatap Icha.
"Kuliah Icha kan jauh, Tante. Pulang ke rumah aja jarang. Tapi sekarang Icha udah mulai ngerjakan skripsi, jadi ke kampus kalau waktunya bimbingan aja. Icha bisa sering main di sini sekarang." Icha tersenyum antusias.
"Ini emang mau ngobrol di sini aja, nih, Ma?" Angga kembali menyela interaksi dua perempuan di hadapannya.
"Oh, ya ampun. Ayo, ayo masuk," ajak Mama Angga kemudian. Karena senangnya dengan kedatangan Icha, ia sampai lupa kalau mereka masih di luar rumah.
Tidak ada yang pernah tau jika Icha dan Angga adalah saudara. Icha adalah adik Angga. Adik sepersusuan dengan Angga. Dulu saat Icha lahir, bundanya belum bisa langsung menyusuinya. Mama Angga yang merupakan sahabat karib Bundanya lalu menawarkan diri menyusui Icha. Ia tidak ingin anak sahabatnya itu meminum susu formula saat masih bayi begitu. Mama Angga sama sekali tidak merasa kesulitan, karena ia sendiri sudah memiliki Angga yang sudah berusia 6 bulan. Icha disusui Mama Angga sampai Bundanya bisa menyusuinya sendiri.
Hanya keluarga mereka berdua yang tau tentang hal ini. Teman-teman mereka tak ada yang tau. Selain karena keduanya baru bersekolah di tempat yang sama saat SMP, mereka juga enggan jika harus memberitahu dan menceritakan semua itu pada teman-teman mereka. Mereka justru lebih suka membiarkan orang-orang berspekulasi bahwa mereka berpacaran, atau saling suka. Mereka akan tertawa saat saling bercerita tentang pendapat orang lain tentang mereka, itu terasa lucu bagi mereka berdua.
"Icha mau minum apa?" tanya Mama Angga saat mereka sudah di dalam rumah.
"Biar Icha bikin sendiri aja, Tante. Boleh, kan?" Icha bertanya penuh harap.
"Boleh, dong. Ya udah, gih, ke dapur. Tante mau lanjut kerja dulu." Mama Angga menunjuk sofa ruang tengah yang sudah dipenuhi lembaran kertas, beberapa buku, sebuah kalkulator, dan sebuah laptop.
Icha ber-oh, tanda mengerti. "Oke, Tante." la lalu melesat menuju dapur dikuti Angga. Icha membuka kulkas. Ia melihat sebotol besar jus jeruk lalu mengambilnya. Ia mengambil dua gelas kosong, lalu mengisinya dengan jus itu.
"Ga, menurutmu kenapa Tante Venty datang ke kantor Ayah?" tanya Icha sambil berjalan menuju meja makan, meletakkan dua gelas yang ada di tangannya, lalu duduk.