Bukan Sekadar Keluarga

Penulis N
Chapter #4

4

Evelyn duduk di balkon rumah keluarga, menatap kota yang tenggelam dalam senja. Langit jingga dengan awan-awan tipis, memantulkan rona merah ke wajahnya. Di bawah sana, kehidupan berjalan biasa, tapi di dalam dirinya, semuanya terasa penuh keraguan. Apakah mereka benar-benar aman? Apakah mereka benar-benar mengenal keluarga mereka dengan baik?

Sudah beberapa hari sejak pertemuan dengan Rafael, dan setiap detil perbincangan mereka berputar-putar di kepalanya. Theodore, meskipun tetap tenang dan rasional, jelas merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Sementara Leony, yang seharusnya menjadi sumber kekuatan bagi keluarga mereka, malah semakin tertutup dan jauh.

"Kenapa kita harus terus berlari dari kenyataan, Evelyn?" suara Theodore terdengar dari belakang, menarik Evelyn kembali ke kenyataan. "Aku rasa sudah waktunya kita menghadapi semua ini."

Evelyn menoleh, melihat Theodore yang berdiri dengan wajah serius. Ia tahu bahwa adiknya itu selalu berusaha menjadi pelindung, mencoba mencari solusi meski sering kali terbebani oleh kekhawatiran dan ketidakpastian.

"Apa maksudmu?" tanya Evelyn.

"Kita harus bicara langsung dengan orang tua. Semua ini sudah terlalu lama dipendam. Mereka tahu lebih banyak dari yang kita kira," jawab Theodore.

Evelyn menghela napas. Keinginan untuk menyelidiki lebih dalam memang ada, tetapi hatinya meragu. Orang tua mereka, terutama Ayah mereka, selalu menjaga jarak, seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Mereka tak pernah benar-benar berbicara tentang masa lalu keluarga, dan itu selalu menjadi pertanyaan besar yang menggantung di kepala Evelyn.

"Dan jika kita tidak mendapatkan jawaban yang kita inginkan?" Evelyn bertanya, suara hatinya mulai meredam ketegangan yang ada.

"Jika kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu," jawab Theodore dengan yakin. "Aku merasa kita harus mencari tahu apa yang terjadi, bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk Leony. Kita tidak bisa membiarkannya terus terluka dalam kebingungannya."

Leony, yang selama beberapa minggu terakhir semakin tertutup, duduk di ujung tangga, memandang mereka dengan mata yang tampak penuh kebingungan. "Kalian sedang merencanakan sesuatu tanpa aku, ya?" Suaranya terdengar serak, seperti menahan sesuatu.

Evelyn dan Theodore berbalik, terkejut melihat Leony di sana. Evelyn mendekat dan duduk di sebelahnya, meraih tangannya. "Tidak, Leony. Ini bukan soal merencanakan sesuatu tanpa kamu. Kami hanya ingin tahu lebih banyak, tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga ini."

Leony menunduk. "Kalian benar. Aku merasa ada yang aneh dalam keluarga kita, dan aku tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Tapi kadang, aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menunggu kita."

Evelyn menggenggam tangan Leony dengan erat. "Kita akan cari tahu bersama-sama, Leony. Apa pun itu, kita akan hadapi bersama."

Tiba-tiba, suara bel rumah terdengar keras.

Ketiganya menoleh ke pintu depan. Evelyn segera berdiri, menyangka itu hanya pengantar barang atau tetangga yang datang berkunjung. Namun, saat ia membuka pintu, ia terkejut melihat sosok yang tidak asing berdiri di hadapannya.

Rafael.

Tampilannya berbeda dari pertemuan mereka sebelumnya. Kali ini, ia mengenakan jas gelap dan tampak lebih serius. Matanya menatap langsung ke Evelyn, seolah menimbang sesuatu.

"Ada apa, Rafael?" tanya Evelyn, berusaha tidak menunjukkan kegugupannya.

"Aku datang karena kita perlu berbicara lebih lanjut, Evelyn. Tidak hanya aku yang tahu tentang masa lalu keluargamu. Ada banyak orang yang terlibat dalam cerita ini, dan waktu kita untuk mencari tahu sudah hampir habis," jawab Rafael, suaranya rendah dan penuh dengan urgensi.

Evelyn merasakan ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar rahasia yang Rafael ingin ungkapkan. Ada bahaya yang mengintai, dan ia bisa merasakannya dengan sangat jelas.

"Masuklah," Evelyn berkata akhirnya, memberi tanda agar Rafael masuk. Di dalam, Theodore dan Leony sudah menunggu, perasaan mereka campur aduk antara rasa penasaran dan ketegangan yang semakin mencekam.

Setelah Rafael duduk, suasana menjadi sunyi sejenak. "Apa yang sebenarnya kamu ketahui, Rafael?" tanya Theodore, tak sabar.

Rafael menghela napas panjang sebelum ia berbicara. "Mereka, orang tua kalian, terlibat dalam sesuatu yang lebih besar dari yang kalian bayangkan. Ini bukan hanya soal bisnis keluarga. Ini tentang organisasi yang jauh lebih kuat dari yang kalian pikirkan. Dan kalian... kalian adalah bagian dari permainan ini."

Leony memegang pundak Evelyn dengan gemetar. "Apa maksudnya, Rafael?" tanyanya dengan suara bergetar.

Rafael menatap mereka satu per satu. "Maksudnya, kalian tidak bisa lagi menghindar dari kenyataan. Jika kalian ingin bertahan, kalian harus tahu semuanya, bahkan jika itu menyakitkan."

Evelyn duduk terpaku di kursi, tatapannya kosong setelah mendengar penjelasan Rafael. Semua yang ia dengar terasa seperti sebuah kepingan puzzle yang tak terhubung. Apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga mereka? Mengapa orang tua mereka terlibat dalam organisasi besar yang tampaknya mempengaruhi takdir mereka?

Rafael duduk tenang di kursi, matanya tidak pernah lepas dari mereka bertiga. "Kalian harus tahu bahwa kalian berada dalam posisi yang sangat berbahaya sekarang. Mereka—orang tua kalian—terlalu lama terlibat dalam organisasi ini, dan setiap langkah mereka, setiap keputusan yang diambil, semuanya diawasi."

Theodore yang biasanya kalem kini tampak gelisah. "Tunggu, Rafael. Jadi, ini bukan sekadar bisnis atau rahasia keluarga? Ini tentang organisasi besar yang mengendalikan hidup kami?" suaranya terdengar cemas, seolah ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Rafael mengangguk. "Lebih besar dari yang kalian bayangkan. Dan apa yang lebih mengkhawatirkan, kalian semua terhubung langsung dengan mereka. Ada banyak hal yang belum kalian ketahui, tetapi jika kalian tidak tahu lebih banyak, kalian bisa terjebak dalam permainan yang sudah dimulai jauh sebelum kalian lahir."

Evelyn menutup matanya, mencoba mencerna semuanya. "Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kami tidak bisa membiarkan hidup kami terus-menerus dipengaruhi oleh masa lalu orang tua kami."

Lihat selengkapnya