Bukan Sekadar Keluarga

Penulis N
Chapter #5

5

Pagi berikutnya, Evelyn merasa suasana di rumah terasa semakin menegangkan. Setelah pertemuan dengan Rafael, mereka bertiga tahu bahwa mereka tidak punya banyak waktu. Meskipun mereka mendapatkan sedikit informasi lebih banyak tentang The Elders, mereka masih tidak tahu bagaimana cara menemui mereka atau bahkan mengenali siapa saja yang terlibat dalam jaringan tersebut. Semua informasi yang mereka punya hanyalah petunjuk samar yang lebih membingungkan daripada memberi kejelasan.

Pagi itu, saat Evelyn sedang mempersiapkan sarapan, Theodore datang mendekat dengan wajah serius. "Evelyn, aku punya ide. Kita harus mengumpulkan lebih banyak informasi dari sumber lain. Ada seseorang yang mungkin tahu lebih banyak tentang The Elders dan The Network."

Evelyn menatap kakaknya, penasaran. "Siapa yang kamu maksud?"

Theodore menarik napas dalam-dalam. "Aku berpikir kita bisa menemui seseorang yang dulunya bekerja untuk organisasi itu, seseorang yang punya akses ke informasi yang lebih dalam. Dia adalah mantan agen The Network yang sekarang hidup dalam pelarian."

Evelyn terkejut. "Mantan agen? Apakah kamu yakin dia bisa dipercaya?"

Theodore mengangguk. "Dia adalah satu-satunya orang yang bisa memberi kita informasi lebih banyak. Kita harus menemui dia."

Leony, yang duduk di meja makan, tiba-tiba menoleh. "Tapi bagaimana kalau dia malah mempersulit keadaan kita? Kalau kita bertemu dengan orang yang salah, bisa jadi kita malah jadi sasaran mereka."

Evelyn merasakan ketegangan yang mulai merayap di sekitarnya. "Aku setuju. Kita harus hati-hati. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Kalau kita terus menunggu, kita akan semakin terjebak dalam kebingungannya."

Dengan rencana yang baru disusun, mereka bertiga akhirnya sepakat untuk mencari mantan agen itu. Mereka mengetahui bahwa orang itu tinggal di sebuah kota kecil di pinggiran, jauh dari keramaian dan kehidupan yang normal. Namun, perjalanan menuju tempat itu tidaklah mudah, dan setiap langkah yang mereka ambil bisa berbahaya. Meskipun begitu, mereka tahu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencari tahu lebih banyak tentang The Elders dan bagaimana menghentikan mereka.

Setibanya mereka di kota kecil itu, suasana terasa sunyi. Rumah-rumah terpisah jauh, dengan jalan-jalan sepi dan hanya suara angin yang terdengar. Evelyn merasakan ketegangan meningkat di udara. Setiap langkah mereka menuju rumah mantan agen itu terasa semakin berat.

"Kenapa dia memilih tinggal di tempat seperti ini?" Leony bertanya dengan suara pelan, seolah takut ada yang mendengar mereka.

Theodore mengangkat bahu. "Mungkin dia ingin jauh dari keramaian, atau mungkin dia terpaksa bersembunyi. Kita tidak tahu."

Mereka akhirnya sampai di rumah yang mereka cari. Rumah itu tampak seperti rumah tua yang sudah lama tidak diperbaiki. Pintu gerbangnya berderit pelan saat mereka membukanya. Evelyn mengetuk pintu dengan hati-hati, berharap orang di dalam masih mau memberi mereka informasi yang mereka butuhkan.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka perlahan. Seorang pria paruh baya dengan penampilan kusut dan wajah cemas muncul di hadapan mereka. Matanya yang tajam menilai mereka dari ujung kepala hingga kaki, seolah mencari tahu siapa yang berdiri di hadapannya.

"Kalian siapa?" tanya pria itu dengan suara datar, tetapi ada kekhawatiran yang jelas di dalamnya.

Theodore menghela napas. "Kami datang untuk berbicara denganmu, tentang The Network."

Pria itu terdiam sejenak, lalu matanya menajam. "Kenapa kalian ingin tahu tentang itu? The Network bukan tempat yang bisa kalian masuki begitu saja."

Evelyn tidak bisa menahan rasa frustrasinya. "Kami tidak punya pilihan. Ayah kami, keluarga kami, semua terlibat dalam jaringan itu. Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kami ingin tahu siapa yang mengendalikan semua ini."

Mantan agen itu menatap mereka lebih lama. Setelah beberapa saat yang terasa lama, ia akhirnya membuka pintu lebih lebar. "Masuklah," katanya pelan. "Tapi ingat, kalian harus siap menghadapi konsekuensinya."

Di dalam rumah itu, suasananya lebih gelap dan tertutup. Pria itu membawa mereka ke ruang tamu kecil yang dipenuhi buku-buku dan dokumen-dokumen tua. Di sana, ia mulai berbicara dengan perlahan. "Aku dulu bagian dari The Network, bagian dari operasi yang jauh lebih besar daripada yang kalian bayangkan. Tetapi ketika aku mengetahui kebenarannya, aku memutuskan untuk keluar. Tapi itu tidak semudah yang kalian kira."

Evelyn mendengarkan dengan seksama. "Apa yang kamu ketahui tentang The Elders? Siapa mereka?"

Pria itu menghela napas, sepertinya berpikir keras sebelum menjawab. "The Elders adalah kelompok yang mengendalikan segala sesuatu di The Network. Mereka memiliki kontrol atas banyak hal, termasuk kehidupan kalian. Mereka bukan hanya sekadar pengendali organisasi. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan siapa saja yang menghalangi mereka."

Evelyn merasa jantungnya berdetak kencang. "Lalu, apa yang harus kami lakukan? Bagaimana kami bisa menghentikan mereka?"

Mantan agen itu melihat mereka dengan tatapan serius. "Kalian harus mencari tahu siapa di antara mereka yang paling berkuasa. Tanpa itu, kalian tidak akan bisa menghentikan mereka. Tapi ingat, semakin banyak kalian tahu, semakin besar risiko yang kalian hadapi."

Evelyn merasa ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Tetapi satu hal yang ia ketahui pasti adalah bahwa mereka harus melanjutkan pencarian ini, apapun risikonya.

Setelah mendengarkan penuturan mantan agen tersebut, Evelyn merasa ada banyak hal yang belum mereka ketahui. Terkadang, kebenaran memang lebih menakutkan daripada kebohongan. Keluarganya, terutama ayah mereka, tampaknya telah terlibat lebih dalam daripada yang mereka duga. The Elders bukan sekadar kelompok dengan ambisi biasa, mereka adalah kekuatan yang bisa merusak siapa saja yang mencoba menentang mereka.

Mantan agen itu memberi mereka sebuah petunjuk terakhir sebelum mereka pergi. "Jika kalian benar-benar ingin menghentikan mereka, kalian harus mencari The Archive. Itu adalah tempat penyimpanan segala informasi tentang The Elders dan The Network. Tapi, jangan berharap bisa menemukannya dengan mudah. The Archive terletak di tempat yang tersembunyi, dan hanya sedikit orang yang tahu keberadaannya."

Evelyn menatap Theodore dan Leony, keduanya jelas merasa kebingungan, namun mereka tahu satu hal: Mereka harus menemukan The Archive.

"Mari kita mulai perjalanan ini," kata Theodore dengan suara penuh tekad, meskipun raut wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam.

Perjalanan mereka menuju The Archive tidak semudah yang mereka bayangkan. Tempat tersebut ternyata tidak hanya tersembunyi dari pandangan mata, tetapi juga dilindungi oleh berbagai jebakan yang sulit ditembus. Mereka harus melewati labirin tempat-tempat yang hampir tak terjamah oleh siapa pun. Setiap langkah mereka dihadang oleh petunjuk-petunjuk samar yang seakan mengarah ke tempat yang semakin misterius dan berbahaya.

Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan antara Evelyn, Theodore, dan Leony mulai semakin kompleks. Evelyn merasa beban tanggung jawab yang semakin berat di pundaknya, tak hanya untuk mencari tahu kebenaran, tetapi juga untuk menjaga keselamatan keluarganya. Meskipun mereka adalah saudara kandung, ketegangan antara mereka sering kali muncul, terutama ketika mereka saling berbeda pendapat tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Suatu malam, setelah berhari-hari perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya sampai di sebuah desa yang tampaknya tak banyak orang ketahui. Desa itu terletak di kaki bukit yang sunyi, jauh dari peradaban modern. Mereka merasa tempat itu membawa mereka lebih dekat dengan The Archive, meskipun mereka tak tahu pasti.

Lihat selengkapnya