Bukan Sekadar Keluarga

Penulis N
Chapter #14

14

Pagi berikutnya, suasana rumah masih sama — hening. Tapi ada sedikit perbedaan hari ini. Leony bangun dan menemukan sekotak donat di meja samping tempat tidurnya, dengan catatan kecil bertuliskan, "Maaf, aku sibuk. Tapi aku sayang kamu." — Elijah.

Leony tersenyum kecil. Ada rasa hangat yang mengalir di hatinya, meski hanya sedikit. Setidaknya, seseorang masih peduli.

Ia menggigit sepotong donat dan membawa sisanya ke dapur. Ia ingin membagikannya dengan Evelyn, mungkin sambil sarapan bersama. Tapi dapur kosong. Ruang tamu juga. Tak ada suara apa-apa dari kamar-kamar lain.

Dengan berat hati, Leony makan sendirian di meja makan.

Di luar, Evelyn berdiri di taman kecil di depan rumah, mengenakan jaket tebal. Udara pagi yang dingin menusuk kulitnya, tapi pikirannya jauh lebih dingin.

Ia baru saja selesai berbicara dengan klien lewat telepon — proyek besar yang akan memakan banyak waktunya. Sangat mungkin ia harus ke luar kota beberapa minggu ke depan.

"Kalau aku pergi sekarang," batinnya, "Leony akan sendirian lagi."

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Theodore.

"Kapan bisa ketemu? Mau bahas rumah ini. Aku ada ide."

Evelyn menggenggam ponselnya erat. Ada rasa cemas yang merayap. Membahas rumah? Apa maksudnya? Menjualnya? Atau ada sesuatu yang lebih besar?

Sore itu, Evelyn dan Theodore bertemu di sebuah kafe kecil dekat rumah. Theodore datang dengan wajah serius, mengenakan kemeja kasual dan jaket kulit.

"Aku udah mikir," kata Theodore sambil menyeruput kopinya. "Kayaknya lebih baik rumah itu kita jual aja."

Evelyn terbelalak. "Apa?!"

"Iya. Kita semua sibuk. Leony juga udah besar, kamu juga banyak kerjaan. Kalau rumah itu kosong melulu, sayang. Mending jual, bagi hasil. Kita semua bisa lebih lega."

Evelyn menahan napas. Ada rasa marah dan sedih sekaligus. Rumah itu bukan sekadar bangunan. Itu tempat mereka bertumbuh, tempat kenangan masa kecil mereka tertinggal.

"Tapi... Leony," bisik Evelyn.

Theodore mendesah. "Aku ngerti, tapi kita juga harus realistis. Lagian, Leony bisa tinggal sama aku atau kamu. Kita atur."

Evelyn mengangguk perlahan, walau hatinya menolak. Ini bukan soal praktis atau tidak. Ini soal hati. Soal keluarga mereka yang perlahan-lahan seperti kehilangan akar.

Malamnya, Evelyn memandangi rumah itu — setiap sudutnya, setiap retakan kecil di tembok, setiap bekas coretan masa kecil yang masih samar di dinding.

Bagaimana mungkin ia tega meninggalkan semua ini?

Dari balik pintu kamar, Leony mengintip. Ia melihat kakaknya berdiri diam, dan entah mengapa, hatinya dipenuhi ketakutan. Seperti ada sesuatu yang akan diambil darinya... lagi.

"Ada apa, Kak?" suara Leony lirih.

Evelyn menoleh, mencoba tersenyum. Tapi air mata menggenang di matanya.

"Nggak apa-apa, Leony. Kakak cuma lagi mikir."

Tapi Leony tahu. Sesuatu sedang berubah. Dan ia takut perubahan itu akan membuat mereka semakin jauh.

**

Keesokan harinya, rumah itu terasa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karena kabar tentang rencana penjualan yang belum diungkapkan Evelyn kepada Leony, atau mungkin memang musim yang mulai beranjak ke penghujung tahun.

Evelyn duduk di meja makan, selembar brosur properti terbuka di depannya. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Rasanya begitu berat untuk sekadar menulis iklan penjualan, apalagi mengucapkannya kepada adiknya.

Suara langkah kaki kecil membuat Evelyn menegakkan kepala. Leony muncul dari arah tangga, wajahnya sedikit kusut karena baru bangun. Ia menarik kursi dan duduk di seberang Evelyn.

"Aku mau sarapan pancake," katanya polos.

Evelyn tersenyum kecil, lega karena setidaknya pagi ini masih terasa normal. Ia bangkit dan mulai mengaduk adonan di dapur.

Saat itu, ponselnya berbunyi. Pesan dari Theodore.

"Sudah dipikirkan? Aku bisa hubungi agen properti kalau mau cepat."

Evelyn menghela napas panjang, memandangi layar ponsel itu lama sekali sebelum akhirnya mematikan layar.

"Ada apa, Kak?" tanya Leony, yang menangkap gelagat kakaknya.

"Ah, nggak apa-apa," jawab Evelyn sambil berusaha ceria. "Makan dulu ya. Pancakenya hampir jadi."

Lihat selengkapnya