Malam Harinya
Jody memandangi gedung pertemuan yang berada dihadapannya saat ini, wajahnya terlihat di tekuk saat Papanya terus memaksanya untuk datang ke sini.
"Sudah bisa gue bayangin pasti membosankan banget acaranya. Gue harus senyum sama semua orang, bersikap ramah dengan yang lainnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang gak penting," gerutu Jody.
Sultan hanya menggeleng melihat sikap keras kepala putranya.
"Jody ayo turun, kita sudah sampai untuk bertemu dengan rekan bisnis Papa," pinta Sultan pada putranya itu.
"Males banget Pa, Jody pulang aja ya lagian yang datang kesini orang-orang yang sudah berumur semua pasti yang mereka bicarakan soal bisnis, aku gak ngerti Pa," tolak Jody.
"Gak ada alasan apapun, sekarang kamu turun! Ini juga menjadi bagian dari acara buat kamu kok,"
"Acara buat aku, apa maksudnya?" tanya Jody bingung.
Sultan tersenyum mendengar pertanyaan Jody. Kembali Jody harus menyerah dengan egonya, ia pun mengikuti Papanya dari belakang dan sambutan ramah pun diberikan oleh beberapa orang untuk mereka.
"Selamat malam Pak Sultan,"
"Malam,"
"Selamat malam Mas Jody, kedatangan Mas sudah sangat ditunggu di dalam,"
Jody mengerutkan keningnya melihat reaksi yang berbeda dari orang yang menyambutnya itu, entah apa yang akan terjadi disini. Ia berusaha meminta jawaban dari Papanya, tetapi beliau hanya tersenyum simpul menatapnya.
"Pa Jody mau nanya sebenarnya ini acara apa sih, kok semua orang menyapa Jody kayak begitu. Papa gak lagi menyembunyikan sesuatu kan dari aku?" selidik Jody.
"Apa maksud kamu? Mereka bersikap ramah seperti itu kan wajar karena kamu putra Papa. Lagian bisnis Papa sudah berkembang pesat, jadi tidak heran kalau orang-orang disini juga mengenal kamu," jelas Sultan.
Jody menarik nafas panjang mendengar jawaban yang cukup masuk akal itu. Walau di benaknya sendiri masih saja bingung dengan acara yang terlihat mendadak ini.
"Papa mau bertemu dengan Om Tito di dalam, sekalian juga Papa mau mengenalkan kamu dengan seseorang,"
"Seseorang, maksudnya?"
"Nanti kamu juga tau kok," jawab Sultan tersenyum.
"Tapi Pa, aku mau ke toilet dulu. Papa duluan aja lagian acaranya belum mulai juga kan,"
"Jangan lama-lama, Papa gak mau kamu menghindar seperti acara-acara sebelumnya," ucap laki-laki parubaya itu.
"Iya Pa," jawab Jody datar.
Jody segera menuju ke toilet, melihat keadaan gedung pertemuan yang begitu besar cukup membuatnya bingung, hingga pikirannya kembali teringat akan ucapan Papanya. Batin Jody masih saja bertanya tentang acara yang tak biasa ini, sangat jarang orang yang ia sayanginya itu mengajaknya ke acara bisnis seperti ini yang terlihat berbeda dari biasanya.
"Memangnya ini acara apa sih kayak private banget," batin Jody.
Jody melihat sekelilingnya yang terlihat cukup meriah. Matanya pun melirik kembang api yang menghiasi langit malam, ia cukup takjub dengan pemandangan itu hingga ia tak ingin meninggalkan sedikit pun moment indahnya.
"Indah banget kembang apinya," ucapnya takjub.