Apartemen
Sepulang dari gedung pertemuan, Jody begitu kesal mengingat keputusan sang Papa yang akan menjodohkannya dengan gadis yang tak ia cintai, ia pun seakan dibohongi mentah-mentah oleh beliau saat mengunjungi tempat sial ini, entah kenapa orang yang ia sayangi itu tak pernah memahami kemauannya.
"Aku gak akan pernah menerima perjodohan itu Pa, gak akan! Aku gak mau menikah dengan orang yang gak aku cintai, apalagi orang itu lebih pantas menjadi kakak aku," ucap Jody dengan amarah.
"Jody buka pintunya dulu nak, Papa mau ngomong sama kamu. Papa tahu mungkin kamu masih kaget dengan perjodohan ini, tapi Papa harap kamu mengerti semua ini demi kebaikan kamu.
"Gak Pa! Pokoknya aku gak mau menikah. Papa gak pernah mengerti perasaan aku, Papa egois. Aku benci perjodohan itu, aku bisa menentukan pilihan aku sendiri dan untuk saat ini aku gak mau menjalin hubungan dengan siapapun juga termasuk gadis itu,"
"Jody kamu jangan bersikap seperti ini, Yasmin itu gadis yang baik. Papa yakin dia orang yang tepat buat menjadi istri kamu,"
"Baik? Papa gak tau gimana dia. Dia orang yang sudah membuat Jody kesal seharian ini Pa, dia sangat menyebalkan,"
"Semua sudah Papa putuskan, sekuat apapun kamu berusaha untuk menolak, Papa akan tetap melanjutkan pernikahan kamu dengan Yasmin!" ucap Sultan lugas.
"Kalau mau menikah, Papa aja yang menikah. Aku gak mau Pa!"
"Jody kamu jangan kurang ajar! Keputusan Papa sudah final, gak ada penolakan apapun dari kamu. Suka atau tidak, kamu dan Yasmin akan tetap menikah," putus Sultan.
Kembali Jody melemparkan barang-barang disekitarnya, keputusan sepihak itu pun membuatnya begitu kesal, kenapa sejak dulu Papanya selalu saja memaksanya seperti ini tanpa membicarakan terlebih dahulu dengannya apapun kemauannya.
"Papa gak pernah mengerti keinginan aku. Apapun yang terjadi, aku gak mau menikah dengan gadis itu, gak akan pernah Pa," ucap Jody kesal
*
Kamar Yasmin
Yasmin masih tak percaya jika keputusan orang tuanya akan seperti ini, rencana pernikahan yang mereka ungkapkan di gedung pertemua hari ini pun menjadi kabar yang mengagetkan buatnya. Apalagi saat ia mengetahui jika pria yang akan menjadi suaminya adalah pemuda yang ia temui siang tadi di parkiran kampus Jessica.
"Ma, apa semua keputusan ini sudah kalian fikirkan matang-matang? Yasmin bukan bermaksud untuk membantah, tapi pemuda itu lebih pantas menjadi adik Yasmin, apalagi pernikahan ini bukan dilandasi cinta Ma. Dia pasti punya cita-cita untuk menggapai impiannya sedangkan Yasmin...,"
"Yasmin, berapa kali Mama bilang sama kamu semua sudah diputuskan. Kamu harusnya paham sayang, usia kamu sudah cukup matang untuk menikah, lagian selisih umur kalian juga gak jauh berbeda kok cuma 5 tahun. Soal cinta kan butuh proses, Mama dan Papa awalnya juga menikah tanpa adanya rasa cinta, tapi kami bisa hidup bahagia kan sampai sekarang,"
"Ma maksud Kak Yasmin begini, Jody itu satu kampus sama Jessica dan aku sangat tau gimana karakternya, tadi aja saat Kak Yasmin menjemput aku di Kampus, Jody malah membentak Kak Yasmin terus ngomel-ngomel gak penting, kan gak wajar Ma. Padahal dia lebih muda gimana mau menghormati istrinya kalau sikapnya aja begitu, coba Mama pikirkan lagi kan kasihan Kak Yasmin kalau harus menikah sama cowok brutal kayak itu. Pokoknya Jessica gak rela Kak Yasmin di apa-apain sama Jody,"
"Jessica kamu gak usah ikut campur, kamu itu masih kecil ini urusan Mama, Papa sama Kakak kamu lebih baik kamu ke kamar sekarang dan belajar sana," pinta Mamanya.
"Tapi Ma,"
"Yasmin Papa harap kamu mengerti, Mama dan Papa melakukan ini semua demi kebaikan kamu nak, selama ini kamu cuma fokus dengan pendidikan, pekerjaan, dan juga bisnis kamu. Usia kamu sudah cukup buat menikah, Papa juga gak mau kamu terlalu fokus dengan hal-hal yang bisa menghambat kebahagiaan kamu itu,"
"Iya Yasmin, Mama cuma ingin yang terbaik buat kamu, lagian Jody itu dari keluarga yang terpandang, dia pewaris tunggal dari perusahaan Papanya masa depan kamu juga akan baik sayang, jad kamu bisa lebih fokus sama keluarga kamu,"
Yasmin pun menghela nafas mendengar ucapan mereka, bukan itu yang ia pikirkan saat ini tapi apa mungkin Jody akan menerimanya dengan segala kekuranganya. Selama ini Yasmin selalu menolak semua lamaran yang datang padanya, bukan karena ia terlalu memilih tapi ia mempunyai alasan melakukan semua itu dan ia tak ingin kekurangannya justru akan mengecewakan keluarga Jody.
"Kalian kan bisa saling mengenal dulu sebelum menjelang pernikahan, mungkin dalam waktu beberapa minggu ke depan kalian akan lebih sering memahami,"